Sebuah foto dari Collectie Troopenmuseum juga nampaknya membuktikan hal tersebut, memperlihatkan konstruksi jembatan sehingga penyeberangannya tidak vertikal melainkan pada jalan yang miring hampir 45 derajat.
Salah satu hal yang membuat saya takjub Pembangunan Kereta Api Jatinangor cara berpikir orang Belanda tentang konstruksi.
Mungkin kebanyakan dari mereka saat itu hanyalah geng (kereta kuda) atau kereta kuda dan beberapa kendaraan kecil dengan muatan kecil, tetapi mereka – yang kita sebut penjajah – begitu visioner dan serius membangun sehingga jembatan itu masih berdiri. kuat hari ini.
Baca Juga:Sejarah11 Maret Apa Itu SupersemarSejarah Islam Masuk Di Indonesia
Saat ini, puluhan ton truk pengangkut pasir dari Sumedang dan batu bara dari pelabuhan Cirebon melewati viaduk ini setiap hari.
Sayangnya, kondisi viaduct ini penuh dengan puing-puing dan semak belukar.
Di bawah viaduct rel kereta api belok kanan ke arah timur sejajar dengan jalan menuju Stasiun Djatinangor yang sekarang disebut Polsek Cikeruh atau Polsek Jatinangor, karena jalan tersebut merupakan Kantor Perkebunan Karet Jatinangor milik Jerman Baron Baud (sekarang Kampus Unwim/ITB-Jatinangor), sekarang bernama Jalan Kiarapayung.