sumedangekspres – Sejarah Sumedang Jaman Jepang Pada masa Perang Dunia II, Sumedang seperti wilayah-wilayah lain di Indonesia telah menjadi sasaran pendudukan Jepang. Awal mula pendudukan Jepang di Sumedang bermula pada tahun 1942, ketika pasukan Jepang mendarat di Pelabuhan Cirebon, dan kemudian merambah ke berbagai daerah di Jawa Barat, termasuk Sumedang.
Pendudukan Jepang di Sumedang membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat. Selain pengaruh budaya Jepang yang semakin terasa, pendudukan Jepang juga mempengaruhi sektor ekonomi dan pendidikan di Sumedang.
Sekolah-sekolah di Sumedang berubah menjadi Sekolah Tinggi Teknik (STT) atau Bandung Kogyo Daigaku (BKD) yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantar.Meskipun demikian , pendudukan Jepang di Sumedang juga menyisakan sisi gelap.
Baca Juga:Bangunan Bersejarah Belanda Yang Ada di SumedangSejarah Masjid Agung Sumedang
Banyak rakyat Sumedang yang mengalami penderitaan dan kesulitan hidup selama masa pendudukan Jepang. Bahkan, ada beberapa tokoh dan pejuang yang memberontak melawan pendudukan Jepang.Dengan semua perubahan yang dibawa oleh pendudukan Jepang, masa ini tercatat dalam sejarah Sumedang sebagai salah satu masa yang penuh liku-liku dan penuh tantangan.
Dan meskipun telah berakhir puluhan tahun yang lalu, pengaruh pendudukan Jepang masih bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Sumedang hingga saat ini.
Namun, permintaan dari Gajah Mada membuat Raja Sunda marah dan memutuskan untuk pulang serta membatalkan pernikahan kerajaan . Kemudian, pada era kolonial Belanda, pasukan BelKamu yang dipimpin oleh Pangeran Kusumahdinata IX dan Bagus Rangin bertempur dengan keras melawan pasukan Sumedang di wilayah Bantarjati .
Selain itu, pada era Jawa di bawah pemerintahan Hindia BelKamu, Sumedang menjadi salah satu daerah yang dilewati oleh Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan yang dibangun untuk memudahkan mobilisasi militer dan perekonomian di Pulau Jawa.
Pembangunan jalur pantura ini dilanjutkan oleh para bupati atas perintah Daendels serta melalui perkawinan politik dan penaklukkan daerah-daerah , hingga Sumedang akhirnya berada di bawah kekuasaan Hindia BelKamu.