Sejarah Pusaka Tradisonal Kujang

Sejarah Pusaka Tradisonal Kujang
Sejarah Pusaka Tradisonal Kujang
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Pusaka Tradisonal Kujang sebagai jimat pertama kali muncul dalam sejarah kerajaan Sunda Pajajaran dan Panjalu. Itu pada masa pemerintahan Raja Kuda Lalean. Prabu Kuda Lelean juga dikenal sebagai Hyang Bunisora ​​dan Batara Guru di Jampang karena beliau adalah pertapa atau resi yang mumpuni di Jampang, Sukabumi.

Sejak saat itu, kujang lambat laun digunakan oleh para raja dan bangsawan kerajaan di negara Sunda sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian. Dahulu kala Prabu Kuda Lalean membuat kebiasaan brata di suatu tempat. Tiba-tiba, Prabu terinspirasi untuk mendesain ulang bentuk kujang yang digunakan sebagai alat pertanian.

Anehnya, desain terbaru di kepala raja menyerupai pulau “Djava Dwipa” yang kini dikenal sebagai pulau Jawa. Setelah mendapat ilham tersebut, Prabu Kuda Lalean langsung menugaskan Mpu Windu Supa, seorang pandai besi dari keluarga kerajaan.

Baca Juga:Sejarah Penjajahan Belanda Di IndonesiaSejarah IPDN Saat Jaman Belanda

Dia diminta membuat bilah yang ada di kepala raja. Awalnya Mpu Windu Supa kaget dengan bentuk senjata yang dibuatnya. Sebelum melakukan pekerjaan, Mpu Windu Supa akan bertapa dan mengamati pikiran raja. Pada akhirnya, diperoleh gambar prototipe senjata, seperti dalam imajinasi Kuda Lalean.

Setelah selesai bertapa, Mpu Windu Supa memulai pekerjaannya. Melalui sentuhan magis, diperkaya dengan nilai-nilai spiritual-filosofis, menjadi senjata kekuatan besar. Ini adalah kujang yang memiliki bentuk unik dan menjadi barang yang memiliki kekuatan magis. Senjata ini memiliki 2 ciri khas.

Bentuknya menyerupai pulau Jawa dan terdapat 3 lubang di suatu tempat pada bilahnya. Inilah senjata yang akan selalu dikaitkan dengan Kerajaan Sunda Pajajaran hingga generasi yang akan datang.

Bentuk pulau Jawa sendiri merupakan falsafah cita-cita raja, menyatukan kerajaan-kerajaan kecil di Jawa menjadi satu kerajaan yang diperintah oleh Raja Pajajaran. Sementara itu, tiga lubang pisau melambangkan Trimurti, atau tiga aspek dewa Hindu, yang juga membawa kuda Lalea.

Tiga aspek ketuhanan mengacu pada Brahma, Wisnu dan Siwa. Tritunggal Hindu (Trimurti) juga diwakili oleh 3 kerajaan utama saat ini. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Pengging Wiraradya di Jawa bagian timur; Kerajaan Kambang Putih yang terletak di bagian utara Jawa dan kerajaan Sunda Pajajaran yang terletak di barat.

0 Komentar