Sejarah Desa Karangsari Garut Dan Legenda Daerah Karangsari

Sejarah Desa Karangsari Garut Dan Legenda Daerah Karangsari
Sejarah Desa Karangsari Garut Dan Legenda Daerah Karangsari
0 Komentar

Raden Wijaya dan Puteri melarikan diri ke barat dari Keraton Mataram. Berhari-hari mereka menghindari pengejaran pasukan Mataram tanpa mengetahui kemana mereka pergi, karena mereka tidak dapat kembali ke tempat asal sang putri atau kembali ke Madiuni untuk menemui keluarga Raden Wijaya.

Sejarah Desa Karangsari Garut Suatu hari mereka tiba di tepi sebuah sungai besar, yaitu sungai Cipamali (yang sekarang berada di Kecamatan Danau). Sungai itu begitu besar dan airnya begitu deras sehingga sulit bagi salah satu dari mereka untuk menyeberanginya dengan pasukan Mataram yang mendekat di belakang mereka.

Di tengah kebingungan, mereka melihat seekor rusa terjerat di semak-semak dan tanaman merambat. Keduanya mengasihani mereka dan membebaskan rusa dari hutan tempatnya ditangkap.

Baca Juga:Sejarah Kerajaan Rajagaluh Majalengka di Bawah Kerajaan PajajaranSejarah Sumedang Perjuangan Melawan Belanda

Ketika rusa berhasil melarikan diri dari cengkeraman semak-semak yang tidak jauh darinya, dia melihat sebuah gua yang tertutup semak-semak dan sarang laba-laba.

Mereka berdua bersembunyi di sebuah gua dan, dengan izin Tuhan, gua itu ditutup kembali dengan semak dan sarang laba-laba.

Para prajurit Mataram tiba di tepi sungai Cipamali dan kebingungan karena tidak mungkin Raden Wijaya menyeberangi sungai sebesar itu dan airnya mengalir deras.

Kemudian mereka mencari di sekitar Sungai Cipamali, berharap menemukan jejak Raden. Wijaya dan sang putri tetapi mereka tidak menemukan apa-apa.

Kemudian mereka memutuskan untuk keluar dari Sungai Cipamali dan menyambung kembali dengan daerah yang mereka lewati. Semoga Raden Wrjaya bersembunyi di salah satu desa yang mereka lewati. Dan mereka meninggalkan sungai Cipamali.

Setelah semua prajurit Mataram pergi, Raden Wijaya dan Puteri keluar dari persembunyian, kebingungan karena tidak tahu harus melanjutkan perjalanan ke mana.

Di kejauhan, di tengah kebingungan, seekor kerbau bertanduk putih (disebut dongkol bule Munding dalam bahasa Sunda) sedang merumput.

Baca Juga:Sejarah Perselisihan Sumedang Dan CirebonSejarah Sumedang Masa Kolonial Belanda

Kemudian keduanya mendekati kerbau tersebut, namun kerbau tersebut tidak gentar, melainkan seolah menyuruh Raden Wijaya dan Puter untuk mengikuti langkahnya.

Kerbau berjalan perlahan ke hilir Sungai Cipamali dan dua orang mengikuti jejak kerbau tersebut. Hingga mereka menemukan sebuah sungai yang dangkal di suatu tempat dan seekor kerbau menyeberangi sungai tersebut.

0 Komentar