sumedangekspres – Menikmati tradisi pertunjukan wayang golek di Sumedang.
Wayang golek adalah bentuk teater rakyat yang sangat populer di Tatar Sunda.
Asal nama “wayang” belum memiliki penjelasan ilmiah yang pasti, namun sering dihubungkan dengan kata “bayang” karena dalam pertunjukan wayang kulit, muncul bayangan-bayangan di layar.
Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek.
Baca Juga:Tari Sintren : Seni Tari Dari Jawa Barat yang Penuh Misteri, Penari Dirasuki Roh Halus dan Menari Dengan Bebas13 Alat Musik di Jawa Barat dan Cara Memainkannya, No 9 Hanya Diketahui Warga Subang
Wayang ini dinamakan demikian karena bonekanya terbuat dari kayu dan kepala boneka bisa bergerak ke kiri dan kanan.
Ada dua macam wayang golek di Jawa Barat, yaitu golek papak (tanpa mahkota) dan golek cepak.
Wayang golek mengambil cerita dari Mahabarata dan Ramayana, baik versi aslinya maupun versi karangan.
Di Jawa Barat, terdapat pengaruh cerita rakyat, penyebaran agama Islam, dan cerita Panji pada wayang cepak.
Wayang golek kemungkinan masuk ke Tatar Sunda bersamaan dengan orang-orang India yang datang dan menetap di sana.
Para wali memanfaatkan media wayang dalam menyebarkan agama Islam, sehingga wayang golek menjadi pertunjukan teater yang memiliki unsur dakwah Islam.
Wayang golek dipentaskan siang dan malam dengan dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang juga menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan, dan lain-lain.
Baca Juga:GELARI PELANGI JABAR 2023, Atalia Apresiasi PKK Kota Bandung Perkuat Sektor Ekonomi dan Pendidikan KeluargaWisata Alam Pangjugjugan, Tak Hanya Mempesona Tetapi Memiliki Perkebunan Yang Asri Juga Cocok Dijadikan List Destinasi ke Sumedang
Gamelan yang mengiringi pertunjukan wayang golek berlaras salendro. Sejak 1920-an, pertunjukan wayang golek juga diiringi oleh sinden yang populer pada zamannya.
Saat ini, kondisi wayang golek sedang berkembang. Upaya pelestarian dan promosi karya budaya ini dilakukan melalui promosi langsung dan lisan seperti pertunjukan seni, pameran, dan peragaan.
Pembinaan terhadap para dalang juga harus ditingkatkan agar mereka tetap eksis di masyarakat.
Wayang golek perlu mengikuti perkembangan masyarakat agar tetap relevan dan dapat terus dinikmati oleh generasi selanjutnya.