sumedangekspres – Pasar di Tengah Hutan, Nikmati Ketenangan Berbelanja di Hutan Bambu Pasir Jepang Kaki Gunung Manglayang Sumedang.
Hutan bambu di Blok Pasir Jepang, Kampung Cikeuyeup, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang ini memiliki suasana yang sangat sejuk.
Rumpun bambu apus dan gombong yang megah terlihat menutupi lahan seluas satu hektare.
Baca Juga:5 Upacara Adat yang Terkenal di Jawa Barat , Ada yang Untuk Menghilangkan Aura NegatifPendaki Gunung Wajib Tahu, 7 Gunung Tertinggi di Jawa Barat, Salah Satunya Akan Mengingatkan Pada Aktivis Mahasiswa Soe Hok Gie
Daun-daunnya berayun dengan lembut tertiup angin, menciptakan suara gemerisik yang menenangkan.
Hutan bambu ini berada di kaki Gunung Manglayang dan dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.
Pada waktu tertentu, hutan bambu ini menjadi lokasi Pasar Leuweung, tempat para pelaku UMKM pengolah hasil hutan menjajakan produk mereka.
Pasar Leuweung berlangsung setiap tiga bulan sekali dan dapat berpindah lokasi, termasuk ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda.
Selain digunakan untuk Pasar Leuweung, lokasi ini juga sering dikunjungi oleh para pesepeda.
Mereka dapat mencapai tempat ini dengan melewati beberapa tanjakan saja.
Akses ke hutan bambu ini cukup lebar, bahkan muat untuk dua mobil kecil berpapasan.
Ketika tidak ada Pasar Leuweung, lokasi ini tetap menarik untuk dikunjungi.
Baca Juga:Segera Bayar, Pajak Kendaraan Kini Ada Diskon dan Bisa Bayar Lewat Digital, Semakin Murah dan MudahWisata Belanja Oleh-oleh Kerajinan Tangan dan Produk Lokal di Sumedang
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dari Desa Sindangsari telah membantu membuat beberapa tempat duduk dari bambu agar pengunjung merasa nyaman.
Tempat duduk tersebut dipasang di bawah rumpun bambu yang memberikan keteduhan.
Di pinggir hutan, ada aliran sungai yang telah dibuatkan embung untuk nantinya ditebari ikan.
Rudi Ahmad Somantri, Ketua Pokdarwis Raksamala Lestari, menjelaskan bahwa warga desa tersebut diberi kesempatan untuk mengelola lahan milik Dinas Kehutanan.
Dengan swadaya masyarakat, mereka melakukan penataan tanpa mengganggu keasrian hutan bambu.
Beberapa penataan yang dilakukan antara lain mengeraskan jalan setapak dengan kerikil dan menata sungai yang sebelumnya sempat dalam kondisi yang berantakan akibat banjir.