Sejarah Tarian Jaipong Khas Dari Jawa Barat

Sejarah Tarian Jaipong Khas Dari Jawa Barat
Sejarah Tarian Jaipong Khas Dari Jawa Barat(www.deviantart.com)
0 Komentar

sumedangekspres – Sejarah Tarian Jaipong Khas, tari Jaipong merupakan salah satu tarian tradisional Jawa Barat. Pada awal perkembangannya, tari Jaipong muncul di Bandung dan Karawang.

Sebagai kesenian Jawa Barat, tari jaipong juga merupakan gabungan dari tiga kesenian lainnya yaitu ketuk tilu, wayang golek dan pencak silat.

Kombinasi ini menciptakan gerakan unik, sederhana dan energik dalam tari Jaipong. Tari Jaipong berasal dari tahun 1970-an oleh dua orang seniman, yaitu H. Suwanda dari Karawang dan Gugum Gumbira dari Bandung.

Baca Juga:Ini Profil Irjen Akhmad Wiyagusi Kepala Polda Jabar3 Rekomendasi Tempat Wisata Di Sumedang, Cocok Buat Yang Ingin Mengenal Lebih Jauh Tentang Sejarah

Kedua seniman ini berkolaborasi menciptakan gerakan dan musik pengiring tari Jaipong.Tari Jaipong terinspirasi dari tari ketuk tilu yang dipadukan dengan jenis tari lainnya.

Perpaduan gerakan tersebut menyebabkan munculnya jenis tarian baru yang disebut Tari Jaipong. Pada akhir tahun 1970-an, tari Jaipong berkembang dari kelas penari menjadi pertunjukan komunitas.

Kemudian gaya tari tersebut berkembang di masyarakat hingga merambah ke daerah lain di Jawa Barat.Sementara itu, tari Jaipong menjadi salah satu kesenian tradisional yang bertahan tanpa termakan arus modernisasi.

Selain sebagai salah satu bentuk budaya, tari Jaipong sering digunakan untuk menghibur masyarakat. Bahkan, tari Jaipong telah menjadi ikon yang mewakili budaya Jawa Barat.

Sejarah Tarian Jaipong Khas, asal muasal tari Jaipong merupakan gabungan dari beberapa gaya tari yaitu tari Ketuk Tilu, tari Wayang Golek, tari Pencak Silat dan tari Ronggeng. Hal ini membuat tari Jaipong menjadi gerakan yang unik.

Umumnya tari Jaipong terdiri dari empat gerakan yaitu Bukaani, Pencungan, Ngala dan Mincit. Awalnya tari Jaipong dikenal dengan nama tari Tilu Tilu Kiwari atau juga tari Rongeng Ketuk Tilu namun nama tersebut dilarang karena berkonotasi negatif.

Akibatnya, nama itu harus diubah.Kemudian Gugum Gumbira terinspirasi dari suara gendang saat menonton pertunjukan tari. Bunyi gendang ternyata terdengar seperti “blactingpong” dan diubah menjadi jaipong.

0 Komentar