sumedangekspres – Langkah memakai masker sekarang di perlukan oleh masyarakat Jakarta, karena udara di Jakarta sangat kotor sekali sekarang.
Disebabkan oleh banyaknya limbah polusi udara yang banyak sekali mengeluarkan abu-abu kebusukan.
Namun, ada satu perisai, masker medis, yang menjelma sebagai penjaga kesehatan warga.
Baca Juga:Levi’s: Merek Jeans yang Berkilau dalam KeberlanjutanApakah Kalian Tahu Dengan Sunk Cost Fallacy ? Salah Satu Gejala Penyakit Mental Yang Sekarang Banyak Orang Mengalaminya
Tidak hanya masker medis sebagai penanggulangan utama, seharusnya masyarakat Jakarta sadar harus memper banyak tumbuhan hijau sepaya udara kotor terserap oleh tumbuhan.
Dalam tarian partikel-partikel kecil berukuran 2.5 mikrometer (PM2,5), seperti debu dan serbuk sari, tersimpan ancaman besar.
Namun, pintu pertahanan berupa masker hadir. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, seperti penjaga api suci, menggugah masyarakat Jakarta agar memilih perlindungan yang tak hanya menenangkan, tetapi efektif pula.
Dua bintang yang bersinar di bursa masker adalah KF94 dan KN95. Keduanya bukan sekadar kain dan tali, melainkan perisai nan cermat menyaring PM2,5.
Pesan Budi jelas, tak cukup hanya menutup wajah, namun menyaring udara hingga terhiruplah kesegaran, bukan racun. Sekali tepuk, dua kesehatan terjaga.
Ketika udara berbisik tentang bahaya, kata-kata Agus Dwi Susanto dari Kementerian Kesehatan menggema. Standar masker bukan sekadar angka, tetapi nyawa.
PM2,5 bukan sekadar partikel, tetapi ancaman yang mengintai hingga ke relung terdalam paru-paru.
Baca Juga:Tiketnya Lumayan Murah Loh untuk Nonton KAWS Holiday INDONESIAKehilangan Moral dan Akal Gara-Gara Uang
Filter PM2,5 pada masker seperti kuda besi penjaga gerbang, menyaring dengan tegas sebelum bahaya menerpa.
Mengapa masker? Mengapa langkah sekecil itu? Karena, dalam kecilnya, ada perlindungan besar yang mampu menghindarkan dari bencana.
Masker tak hanya menjadi senjata fisik, tetapi juga perisai psikologis. Di tengah jalan berdebu, masker adalah tanda kepedulian pada diri sendiri dan sesama.
Membungkus wajah dengan masker adalah menggenggam kendali, menolak jadi korban.
Seperti sang pahlawan, masker memainkan peran dalam kisah tak terduga. Ia tak pernah diminta muncul dalam peran ini, namun hadir tanpa perlu dipanggil.
Di sudut-sudut Karet Bivak, Jakarta, masker mengajarkan tentang tanggung jawab. Menerapkan masker adalah melindungi diri sendiri, tetapi juga memberikan contoh bagi yang melihat.
Lalu, apakah hanya tentang diri sendiri? Tidak. Jika ada satu helaan nafas yang terhindar dari racun, maka satu nyawa pun terselamatkan.