sumedangekspres- KOTA – Sebagai bentuk kolaborasi dengan perguruan tinggi, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang menggelar program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa Tipe tiga melalui KKN Tematik. Pelepasan mahasiswa yang berjumlah 258 orang oleh Forkopimda Kabupaten Sumedang di Pendopo Pusat Pemerintahan Sumedang, menandai dimulainya program tersebut, baru-baru ini.
Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman usai menghadiri kegiatan tersebut mengatakan, ke 258 mahasiswa tersebut akan disebar di 26 desa dan 26 kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Menurut Herman, program tersebut merupakan kerjasama antara LLDikti Wilayah IV dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dan 48 perguruan tinggi.
Baca Juga:Amburadul, Proyek Drainase Tak Sesuai SpekWarga Pertanyakan Pembebasan Lahan Bendungan
“Kita gotong royong, kita ‘patungan’. Disatu sisi mudah-mudahan ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan di sisi lain memberikan bekal yang luar biasa kepada adik-adik mahasiswa dalam rangka merdeka belajar,” tuturnya.
Herman menyebutkan, program tersebut adalah pembelajaran kontekstual, artinya betul-betul aktualisasi di lapangan bagi para mahasiswa.
“Nanti ada _multiflier effect_ untuk yang bersangkutan dan masa depannya. Bagi kami juga (Pemda Sumedang) jelas mendapatkan manfaatnya yang sangat besar,” sebutnya.
Diterangkan Herman, terdapat tiga indikator kinerja utama sebagai hasil kesepakatan dengan LLDikti dan perguruan tinggi yang terlibat.
“Indikator pertama adalah meningkatnya literasi masyarakat miskin, kemudian yang kedua adalah _zero new stunting_ dan ketiga yakni meningkatnya daya saing desa,” terangnya.
Dengan begitu, menurut Herman program tersebut merupakan sebuah terobosan yang luar biasa karena berangkat dari kebutuhan dan berangkat dari tujuan serta dilakukan secara gotong royong.
“Mudah-mudahan bukan hanya bermanfaat bagi Kabupaten Sumedang, tapi juga memberikan inspirasi untuk kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat bahkan di Indonesia,” imbuhnya.
Baca Juga:Tol Cisumdawu Rawan Memakan KorbanKinerja ASN Diawasi Sistem Digital
Kelebihan dari program tersebut, menurut Samsuri ialah dalam satu desa nantinya tidak hanya dimonopoli oleh satu perguruan tinggi saja.
“Jadi beberapa Perguruan Tinggi masuk supaya terjadi sinergi, kolaborasi dan juga saling sharing satu dengan yang lainnya,” ucapnya.
Samsuri mengungkapkan, program tersebut juga dianggap _best practice_ karena berdasarkan pengamatannya, jika ingin sukses membangun desa, justru diawali dari pemerintah daerahnya.
“Begitu pemerintah daerahnya memberikan ruang, maka kita mulai terjun. Apalagi di _support_ oleh stimulus-stimulus program, saya yakin ini tidak ada alasan lagi untuk tidak suskses,” ungkapnya. (rls)