Namun, ketika ia akan dikhitankan oleh kakaknya dan diharuskan mandi, kejadian tak terduga terjadi.
Saat berada di sungai untuk dimandikan, Kyai Petruk lenyap begitu saja di depan keluarganya.
Keluarga yang bingung mencari ke mana ia pergi, akhirnya mendengar suara gaib yang mirip dengan suara Kyai Petruk.
Baca Juga:Mengenal Sejarah Gunung Semeru Sangat AestheticSiapa Ning Umi Laila? Ternyata Anak Kyai, Ini Profil Lengkapnya
Suara tanpa wujud itu menjelaskan bahwa Kyai Petruk telah menjadi penguasa Gunung Merapi di alam halus dan tak bisa lagi berkumpul dengan keluarganya.
Suara gaib tersebut memberikan pesan penting: jika sang kakak ingin bertemu dengan Kyai Petruk, ia harus menyajikan minuman kopi gula jawa dan jadah bakar.
Saat ada upacara selamatan, mereka harus menyajikan tumpeng nasi jagung dengan tempe gembus atau bungkil yang dipanggang. Tidak lupa, singkong atau ubi kayu yang dibakar juga harus ada.
Kyai Reksayuda, sang kakak, patuh menjalankan pesan ini, dan tradisi itu terus berlanjut hingga generasi cucunya.
Ketika menghadapi kesulitan, mereka mengadakan sesaji sebagaimana yang diajarkan oleh Kyai Petruk.
Bahkan hingga sekarang, masyarakat Selo masih mengalami kunjungan tak terduga dari Kyai Petruk, yang memberikan peringatan terkait potensi bencana yang akan datang, terutama yang berhubungan dengan Merapi.
Kisah ini adalah perpaduan antara realitas dan mitos, memperlihatkan bagaimana manusia mencari makna dalam alam semesta yang misterius.
Baca Juga:Cara Pendaftaran Ponpes Rahmatullah Ning Umi LailaDaftar Aktor Film Serial Monarch: Legacy of Monsters
Melalui cerita ini, Mbah Petruk tidak hanya menjadi penjaga Merapi, tetapi juga simbol kesatuan antara manusia dan alam.
Di dalam setiap tindakan mereka, seperti menyajikan sesaji, tergambar rasa hormat kepada alam dan upaya untuk menjaga keseimbangan dengan alam semesta yang begitu kuat.