sumedangekspres -Kekhawatiran Musim Kemarau: Menyimpan Padi Lebih Bijak daripada Menjualnya Saat Ini, Musim kemarau yang panjang telah membuat sejumlah petani di wilayah Kecamatan Rancakalong mengambil keputusan yang bijak mereka memilih untuk menyimpan hasil panen padi daripada menjualnya meskipun harga pasar sedang mencapai puncak tertinggi.
Sebagian besar dari mereka, seperti Engkus dan Edi, merasa perlu mempertahankan stok padi mereka sebagai antisipasi jika musim kemarau berlanjut.
Kekhawatiran Musim Kemarau: Menyimpan Padi Lebih Bijak daripada Menjualnya Saat Ini
Engkus, salah satu petani, dengan tegas menyatakan kekhawatirannya, “Saya khawatir, jika sekarang saya jual, lalu kemarau masih panjang, bagaimana nanti untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari? Jadi Menyimpan Padi Lebih Bijak.
Baca Juga:Ketika Ridwan Kamil Bersikap Bijak di Tengah Dinamika Prabowo-GibranAnies Baswedan Pakta Integritas 13 Poin
Harga beras yang mahal membuat saya lebih memilih untuk memiliki persediaan padi di rumah Menyimpan Padi Lebih Bijak.”
Alasan tersebut tampaknya merasuk dalam pandangan banyak petani. Bagi mereka, padi bukan hanya komoditas untuk dijual, tetapi juga sumber makanan sehari-hari.
Menurut Engkus, kehadiran padi di rumah memberikan ketenangan pikiran, bahkan jika keuangannya terbatas.
Ini menggambarkan betapa pentingnya padi sebagai cadangan makanan dalam situasi sulit seperti saat ini.
Edi, petani lainnya, meskipun menyadari lonjakan harga padi yang signifikan dari biasanya, tetap bertahan dengan keputusan untuk tidak tergesa-gesa menjualnya.
Baginya, menjual sedikit padi untuk memperoleh modal kecil mungkin dilakukan, namun tetap memilih untuk menyimpan lebih banyak sebagai jaminan untuk musim yang sulit di masa mendatang.
Adat yang telah dianut oleh petani lokal ini lebih memilih menyimpan padi daripada menyimpan uang terbukti sebagai langkah bijak.
Baca Juga:Kebakaran di Pamulihan Sumedang Kehilangan Tak Terbayangkan yang MengguncangRefleksi Peringatan HKN Tingkat Kecamatan Rancakalong
Padi memiliki daya tahan yang cukup lama dan dapat bertahan hingga musim panen berikutnya, sementara uang cenderung cepat terkikis.
Tingginya harga beras di pasar seperti yang dicatat oleh Arif dari UPTD Pasar Inpres, mencapai Rp 14.500 per kilogram, menjadi bukti nyata dari tekanan pasokan yang terjadi akibat panjangnya musim kemarau.
Hal ini menegaskan kebijakan petani untuk tidak terburu-buru menjual stok padi mereka.
Kita dapat melihat bahwa keputusan para petani ini bukan hanya sekadar keputusan ekonomi, tetapi juga strategi bertahan hidup dalam menghadapi kondisi lingkungan yang tidak pasti.