sumedangekspres – Sejumlah petani di Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, saat ini memilih strategi yang tidak lazim di tengah kenaikan harga padi yang signifikan.
Meskipun harga padi mencapai Rp700 ribu per kwintal, para petani, seperti Engkus (50) dan Edi (60), lebih memilih untuk menyimpan padi untuk kebutuhan pribadi daripada menjualnya.
Engkus, dengan pertimbangan musim kemarau yang mungkin berlangsung panjang, menyatakan kekhawatirannya.
Baca Juga:Selamat Kepada 25 Guru Sumedang yang Terpilih Mengikuti Semarak Karya!Bank Sampah Naluk Lestari Sumedang Resmi Beroperasi, Buat Warga Lebih Produktif
“Khawatir saja, kalau sekarang dijual, terus kemarau masih panjang dan saya tidak menanam padi maka mau makan darimana sementara harga beras mahal,” ucap Engkus.
Menurut Engkus, memiliki padi di rumah memberikan rasa tenang, bahkan jika tidak ada uang.
Baginya, padi menjadi bekal untuk makan sehari-hari, dan mahalnya harga beras saat ini tidak memengaruhi dirinya yang tidak pernah membeli beras.
Pendapat serupa diungkapkan oleh Edi.
Meskipun harga padi sedang tinggi dibandingkan biasanya, Edi tidak tergoda untuk menjualnya secara besar-besaran.
“Kenaikannya memang cukup tinggi, namun demikian saya tidak tergiur untuk menjualnya, kalaupun menjual paling hanya 1 atau 2 kwintal saja untuk modal nyawah lagi,” ungkap Edi.
Edi menjelaskan bahwa kebiasaan petani Sumedang memilih menyimpan padi daripada uang memiliki keuntungan jangka panjang.
“Karena kalau menyimpan padi bisa bertahan hingga musim panen berikutnya sedangkan kalau disimpan uangnya satu hari juga bisa habis,” jelasnya.
Baca Juga:Kebakaran Rumah Permanen di Pamulihan, Sumedang, Alami Kerugian Mencapai Rp500 jutaDonasi untuk Palestina Terkumpul Sebesar Rp314.255.000 Terkumpul Saat Aksi Bela Palestina di Lapang PPS Sumedang
Dalam konteks ini, strategi petani Rancakalong menyoroti ketahanan pangan dan kebijakan pengelolaan sumber daya ekonomi lokal.
Pilihan untuk menyimpan padi sebagai cadangan pangan menjadi langkah bijak di tengah ketidakpastian musim kemarau yang panjang.
Namun, bagaimana kenaikan harga beras di pasaran mempengaruhi keputusan para petani?
Harga beras kelas I mencapai Rp14.500 per kilogram, menurut pencatatan Arif dari UPTD Pasar Inpres Sumedang.
Penyebab kenaikan harga beras ini, sebagian besar, dipengaruhi oleh kurangnya pasokan akibat musim kemarau yang cukup panjang.
Dalam menghadapi tantangan ini, petani di Rancakalong tampaknya memilih strategi jangka panjang dengan menyimpan padi untuk konsumsi pribadi.
Keputusan ini seolah menjadi bentuk ketahanan ekonomi masyarakat petani terhadap fluktuasi harga padi dan beras.