sumedangeskpres— Pj. Bupati Sumedang Herman Suryatman menjadi pembicara pada acara seminar pendidikan berbasis kasih sayang bagi guru-guru di Kabupaten Sumedang dengan tema “Mengenang Sosok Guru Qolbu Ibu Een Sukaesih” di Gedung Negara, baru-baru ini.
Menurut Pj. Bupati Herman, Sumedang mempunyai tokoh yang luar biasa terkait dengan guru qolbu yang mengembangkan pendidikan berbasis kasih sayang atau perkasa yakni Een Sukaesih.
“Bu Een tokoh yang luar biasa, tokoh Jawa Barat bahkan tokoh nasional, guru qolbu yang mengembangkan pendidikan berbasis kasih sayang atau perkasa,” ucapnya.
Baca Juga:Pastikan Senpi Terjaga dan TerawatSiap Antar dari Indramayu ke BIJB, Wisata Bahari dan Ziarah di Pulau Biawak
Dikatakan Herman, ia merupakan saksi hidup yang bersama-sama Een dalam mengembangkan pendidikan berbasis kasih sayang.
“Hari ini kita akan angkat kembali pendidikan berbasis kasih sayang di sekolah-sekolah se-Kabupaten Sumedang, baik itu sekolah formal, informal maupun non formal.
“Tujuannya untuk menghasilkan anak didik yang saleh, salehah, yang berakhlakul karimah. Pendidikan berbasis kasih sayang ini basisnya agama dan budaya,” ujarnya.
Ia meyakini program pendidikan berbasis kasih sayang akan menggairahkan kembali dinamika pembangunan pendidikan di Sumedang.
“Bukan hanya sekedar pendidikan formal, tapi bagaimana kita ngaping ngajaring ngadik anak kita agar menjadi pemimpin-pemimpin masa depan,” tuturnya.
Sementara itu, Nunung Julaeha ketua kegiatan sekaligus ketua MGMP sejarah SMA Kabupaten Sumedang menyebutkan tujuan dari dilaksanakannya kegiatan tersebut adalah untuk memperingati Hari Pahlawan dan Hari Guru.
“Hari ini merupakan hari terbesar di ruang seminar untuk memperingati Hari Pahlawan dan Hari Guru. Acara ini juga terselenggara berkat dukungan dari Bupati Sumedang yang memiliki kecintaan yang luar biasa terhadap dunia pendidikan,” ucapnya.
Baca Juga:Harus Miliki Teknik Pelaksana PemiluKerjasama Permudah Pembangunan Desa
Nunung menyampaikan alasannya mengapa harus menggali nilai-nilai kearifan dari seorang guru qolbu Een Sukaesih.
“Latar belakangnya karena dengan kondisi sekarang yakni perkembangan teknologi yang begitu pesat, telah merambah ke berbagai bidang pendidikan,” terangnya.
Tetapi, lanjut Nunung, berbarengan juga dengan masuknya berbagai budaya dari luar melalui perkembangan teknologi.
“Sehingga menyebabkan generasi kita dewasa ini dilahirkan sebagai generasi-generasi yang lemah. Selain itu melansir dari Kemendikbud Ristek tahun 2022 bahwa saat ini pendidikan dihadapkan pada tiga persoalan penting, pertama adalah kekerasan seksual, kedua intoleransi, dan ketiga adalah perundungan,” ujarnya.