sumedangekspres– Fakta menarik Dayeuhluhur Sumedang, siapa yang tidak mengenal Sumedang banyak sekali wisata kuliner bahkan wisata alamnya sangat mempesona. Selain itu sejarah di Kabupaten Sumedang bisa menambah pengetahuanmu kamu. Salah satu tempat yang bersejarah yaitu Desa Dayeuhluhur merupakan salah satu desa yang ada di dataran tinggi dan hamoir berada di puncak Gunung Rengganis.
Dayeuhluhur yang sekarang menjadi desa di Kecamatan Ganeas, Sumedang awal abad 16 ini menjadi ibu kota Kerajaan Sumedanglarang. Jejak sebagai ibukota ini adanya tempat ngahyang Sanghiang Hawu (Sayanghawu) alias Embah Jayaperkasa salah seorang Kandagalante yang setia ke Prabu Geusan Ulun, Raja Sumedanglarang.
Di dayehluhur juga ada makam Raja Sumedanglarang dan istrinya, Prabu Geusanulun dan Ratu Harisbaya. Dayeuhluhur menjadi salah satu ikon wisata ziarah di Kabupaten Sumedang.
Baca Juga:Bakteri Berbahaya Serang Tentara Israel: Efek Keracunan Makanan?Keajaiban Mata Air Keramat Dayeuhluhur Sumedang!
Menurut Tatang Sobana salah seorang budayawan Sumedang, yang dikenal dengan panggilan Apih Tatang, Dayeuhluhur ini berasal dari dua kata, yakni Dayeuh yang berati kota dan Luhur berarti tinggi. “Jadi Dayeuhluhur itu dapat diartikan sebagai kota yang berada di dataran tinggi,” kata Apih Tatang.
Arti kata Dayeuhluhur yang telah menjadi cerita masyarakat secara turun temurun ini, kata Apih Tatang, memang cukup beralasan. Sebab bila melihat perjalanan sejarah, wilayah Dayeuhluhur itu, dulunya merupakan salah satu daerah yang sempat dijadikan Pusat Pemerintahan atau Ibu Kota Kerajaan Sumedang Larang pada masa kepemimpinan Prabu Geusan Ulun, sekitar tahun 1578-1601.
Kala itu, Prabu Geusan Ulun bersama Istrinya Ratu Haribaya dan para penggawa kerajaan lainnya, memindahkan Pusat Kerajaan dari yang semula di Kutamaya kini Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara ke Gunung Rengganis. Pemindahan pusat pemerintahan itu sendiri, kata Apih Tatang, sengaja dilakukan dalam upaya mengantisipasi serangan Kerajaan Cirebon.
Sumedanglarang sedang konfrontasi dengan Cirebon karena Ratu Harisbaya istri selir Pangeran Girilaya dari Cirebon kepincut Geusan Ulun dan ikut ke Sumedang serta menjadi permaisuri. Saat itu ibukota Sumedang masih di Kutamaya. Cirebon murka dan berniat menyerang Sumedang. Untuk mencegah penyerangan Cirebon, Jaya Perkasa membawa pasukan bersiaga di perbatasan sumedang. Sebelum pergi Jaya Perkasa menanam pohon hanjuang di sudut Alun-alun Kutamaya. Jika tumbuh subur maka ia memenangkan peperangan, jika layu ia gugur.