Dia menggarisbawahi bahwa keterlibatan Israel di beberapa bidang, terutama di Lebanon, Yaman dan Irak, membantu front perlawanan Palestina dan membuat rezim yang mengambil alih kekuasaan menjadi kebingungan.
4. Mendapatkan Bantuan Hizbullah dan Houthi
“Tentara rezim Zionis kini tidak berdaya dan dalam keadaan terkikis di Lebanon selatan, serta melawan Angkatan Bersenjata Yaman yang menghalangi lewatnya kapal-kapal Israel melalui Selat Bab el-Mandeb,” kata Baraka.
Ia menyatakan bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut memaksa Israel untuk menyetujui persyaratan kelompok perlawanan Palestina dan menerima gencatan senjata sementara yang telah diperpanjang beberapa kali.
Baca Juga:Yuk Intip Profil Hersa Rahayu Julianti, Istri Baru Rizki DA yang Maskawin nya Jadi Perbincangan WarganetMengenal Sosok Valerina Daniel, Moderator Debat Pertama Pilpres yang Miliki Karir Cemerlang
“Militer Israel sejauh ini tidak memperoleh hasil apa pun selama putaran kedua agresinya. Pejuang perlawanan telah menghancurkan lebih dari 50 kendaraan militer lapis baja dan membunuh sejumlah besar tentara Israel,” katanya.
5. Perpecahan Rakyat Israel
Pejabat Hamas menggarisbawahi bahwa pemukim Israel mendorong Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata dan menghentikan perang. “Semua Zionis menyadari bahwa Netanyahu memperpanjang perang ini demi kepentingan pribadinya.
Mereka bersikeras bahwa dia harus diadili atas kekalahan yang dideritanya akibat Operasi Badai Al-Aqsa setelah kampanye militer di Gaza berakhir. Kami yakin bahwa kami akan memenangkan perang ini karena perlawanan dengan gagah berani melawan pasukan musuh, dan masih memiliki banyak kejutan bagi mereka,” ujar Baraka.
Front perlawanan memiliki kemampuan untuk membebaskan semua tahanan Palestina, demikian disimpulkan oleh Baraka. Perang di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober dipicu oleh serangan mendadak Operasi Badai Al-Aqsa oleh gerakan perlawanan Palestina Hamas sebagai respons terhadap meningkatnya kekerasan rezim terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan.
Lebih dari 16.000 warga Palestina tewas dalam perang tersebut, yang didukung oleh AS, dan sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.