sumedangekspres – Industri gula Indonesia, yang dahulu memimpin sebagai salah satu eksportir terbesar di dunia, kini menghadapi tantangan serius.
Produksi gula nasional terus menurun sementara permintaannya terus meningkat, mendorong negara ini menjadi importir gula terbesar di dunia.
Tanam Paksa dan Awal Perkembangan Gula
Kisah manis industri gula dimulai pada era tanam paksa (1830-1870), di mana petani diharuskan mengalokasikan tanah untuk menanam tebu.
Baca Juga:Jokowi Pindah ke PAN, Zulhas: Udah Gak yang Lama, Ribut TerusDidoakan Amanah, Cak Imin Bertemu Abuya Muhyiddin Sumedang di Nabawi
Perkebunan tebu dan pabrik gula menjamur di Jawa, menjadi penggerak ekonomi Hindia Belanda.
Setelah tanam paksa berakhir, pemerintah kolonial memberikan proteksi besar kepada industri tebu melalui keistimewaan distribusi, kredit, dan pembudidayaan tebu anti-hama.
Pengusaha swasta mulai menyewa tanah, menanam tebu, dan produksi gula melesat.
Puncak Kejayaan dan Eksportir Terbesar
Pada 1885, produksi gula mencapai 380.400 metrik ton, meningkat menjadi 744.300 metrik ton di akhir abad ke-19.
Gula menjadi komoditas ekspor teratas di Hindia Belanda, dengan pengusaha seperti Oei Tiong Ham yang berhasil mengekspor 60% dari total ekspor gula.
Oei Tiong Ham, dijuluki raja gula dunia, mencapai kekayaan 200 juta gulden.
Namun, kesuksesannya membawa dampak pahit, dengan banyak pengusaha yang memotong upah petani dan mengurangi biaya sewa tanah, memperlebar jurang antara kaya dan miskin.
Baca Juga:Bank BTPN Dapatkan Restu Rights Issue, Siap Akuisisi PT Oto Multiartha dan PT Summit Oto FinanceTsamara Amany Ditunjuk Jadi Stafsus Erick Thohir, Segini Besaran Gaji yang Diterima
Masa Emas dan Kemunduran
Hingga tahun 1930, terdapat 180-an pabrik gula di Jawa, memproduksi 3 juta ton per tahun.
Sayangnya, masa emas industri gula meredup saat pendudukan Jepang dan terus merosot setelah kemerdekaan Indonesia.
Dalam situasi saat ini, impor gula mencapai 5,8 juta ton, membuat harga gula di dalam negeri meroket.
Indonesia berhadapan dengan tantangan untuk meningkatkan produksi gula secara berkelanjutan dan mengembalikan kejayaan industri gula yang pernah ada.