sumedangekspres – Pupuk Kimia vs Organik: Pengaruhnya terhadap Kualitas Ubi Cilembu di Sumedang.
Sejumlah pelaku bisnis ubi cilembu di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengungkapkan keluhan terkait penurunan kualitas sebagian hasil panen pada bulan Januari 2024. Beberapa hasil panen ubi cilembu disebut kurang memuaskan, diduga disebabkan oleh penggunaan pupuk kimia selama musim kemarau 2023.
Hingga Januari 2024, pasokan ubi cilembu mengalami penurunan karena dampak kemarau panjang El Nino 2023. Meskipun sebagian petani di Sumedang masih bisa menanam pada periode Agustus hingga Desember 2023, namun hanya di beberapa lokasi tertentu.
Baca Juga:Penghijauan Gunung Geulis: 2000 Pohon Ditanam demi Pelestarian Hutan dan Pencegahan LongsorPemasangan APK Sembarang Sebabkan Kecelakaan
Produksi ubi cilembu lokal, terutama di Kecamatan Pamulihan dan Kecamatan Tanjungsari, menjadi fokus utama di Sumedang. Walaupun begitu, terdapat juga kecamatan lain yang menjadi potensi lokasi budidaya ubi cilembu dengan hasil yang memuaskan.
Salah satu pedagang ubi cilembu di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang, yaitu Dede, mengeluhkan kondisi sebagian hasil panen ubi cilembu yang diduga ditanam pada Agustus 2023.
Keluhan ini terutama berasal dari konsumen ubi bakar cilembu yang mengalami ketidakpuasan, karena struktur ubi cilembu yang menggunakan pupuk kimia pada musim kemarau terasa keras saat dibakar. Dede menegaskan bahwa ubi cilembu yang menggunakan pupuk organik tetap mempertahankan kualitas yang baik.
Haji Suhaya, pelaku bisnis ubi cilembu dari Kecamatan Pamulihan, menambahkan bahwa beberapa kecamatan di Sumedang masih mampu menghasilkan ubi cilembu meski dalam kondisi musim kemarau.
Dia mencatat bahwa di Pamulihan sendiri, pada Desember 2023, banyak petani yang kembali menanam ubi cilembu. Haji Suhaya menyoroti manfaat penggunaan pupuk organik untuk budidaya ubi cilembu, karena dapat meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen.
Dalam konteks ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Dadan Hidayat, menyatakan bahwa pada tahun 2024, diharapkan lahan pertanian di Jawa Barat beralih menggunakan pupuk organik.
Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengembalikan kesuburan tanah yang telah jenuh akibat penggunaan berlebihan pupuk kimia. Dadan Hidayat juga menekankan bahwa dampak dari penggunaan pupuk kimia berlebihan mencakup penurunan produktivitas tanaman serta resistensi terhadap hama dan penyakit.