sumedangekspres – Periode kampanye akbar Pemilu 2024 telah dimulai, dengan pasangan Capres-Cawapres menetapkan lokasi berbeda sebagai titik awal kampanye. Pasangan Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran, dan Ganjar-Mahfud memilih tempat yang strategis.
Meskipun kampanye akbar dihadiri oleh banyak massa, pengamat politik seperti Asrinaldi dari Universitas Andalas menyatakan keraguan terhadap perubahan tren elektabilitas hanya melalui mobilisasi massa.
Asrinaldi menambahkan, dengan kemajuan teknologi yang ada, saat ini seluruh kelompok pemilih bisa mengakses media sosial ataupun internet untuk mencari informasi terkait masing-masing Capres-Cawapres.
Baca Juga:Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Menonaktifkan 64 Pengurus Terlibat Pemilu 2024Mengelola Perbedaan dalam Demokrasi: Legitimasi dan Persaudaraan
Menurutnya, kapasitas dan kompetensi dari Capres-Cawapres terhadap isu-isu yang berkembang di masyarakat akan menjadi faktor penentu bagi kelompok rasional yang masih belum menentukan pilihan.
Dengan model kampanye kreatif itu dinilai perlu dilakukan lantaran tren elektabilitas ke-3 paslon cenderung stagnan dalam beebrapa waktu terakhir.
Menurutnya, kehadiran massa seringkali dipengaruhi oleh insentif finansial atau hadiah, bukan dukungan politik murni.
Agung Baskoro, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, juga berpendapat bahwa model kampanye dengan memobilisasi massa tidak akan signifikan memengaruhi elektabilitas. Ia menyoroti kelompok pemilih rasional yang masih belum memutuskan pilihan sebagai faktor kunci dalam perolehan suara.
Dengan demikian, kampanye akbar dianggap memiliki dampak terbatas pada perubahan signifikan dalam elektabilitas pasangan Capres-Cawapres. Pentingnya menarik kelompok pemilih rasional menjadi fokus utama untuk mencapai perubahan yang substansial dalam perolehan suara.***
Demikian merupakan artikel pembahasan mengenai Tren Elektabilitas Pasangan Capres-Cawapres di Balik Kampanye Akbar Pemilu 2024.