Cerita Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat, Percuma Cantik atau Ganteng Kalau Durhaka Ke Orang Tua

Cerita Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat, Percuma Cantik atau Ganteng Kalau Durhaka Ke Orang Tua
(fotoby: dongengceritarakyat.com)Cerita Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat, Percuma Cantik atau Ganteng Kalau Durhaka Ke Orang Tua
0 Komentar

Berat badan yang menyusut sang ibu tidak memiliki waktu untuk mengurus dirinya sendiri.

 Harapan sang ibu, anaknya bisa hidup dengan Bahagia, tidak mengalami kesusahan seperti dirinya.

Maka Darmi pun di manja dengan kasih sayang.

Darmi tumbuh besar menjadi gadis yang cantik. Darmi memakai baju yang indah dengan dilengkapi aksesoris.

Baca Juga:5 Rekomendasi Pantai Terindah di Indonesia, Ajak Doi Kesini Dijamin LanggengLegenda Sejarah Roro Jonggrang, Contoh Kecurangan-Kecurangan Wanita

Sedangkan sang ibu telah lama tidak membeli barang baru untuk dirinya sendiri.

Ia sudah luput usia pikirnya tidak memerlukan barang-barang yang seperti itu.

Namun Darmi masih muda dan suka bergaul.

Darmi selalu senang Ketika dibeikan baju dan barang yang lainnya.

Dengan lambat laun hanya benda itu yang ada di dalam benaknya tidak sama sekali memikirkan perjuangan orang tuanya.

Darmi terlalu percaya diri dengan parasnya yang cantik ia menganggumi dirinya sendiri dan melakukan hal seperti menyisir dan mempercantik dirinya tanpa membantu sang ibu saat bekerja keras untuk membeli barang-barang buat Darmi.

Darmi seorang pemalas dan pemarah, suatu hari sang ibu lupa untuk mengantarkan pesanan sayur ke pelangganya di desa.

Alhasil sang ibu meminta tolong Darmi untuk memasak.

Namun saat sang ibu pulang Darmi ini masih mengaca dan menyisiri rambutnya.

Jangankan memasak kamarnya juga masih berantakan, saat itu sang ibu meninggalkannya.

Baca Juga:Asal-Usul Sejarah Danau Maninjau, Ternyata Berawal Dari Kisah CintaSejarah Candi Borobudur, Ternyata Beliau Ini Pendiri Candi Borobudur, Selama Ini Baru Sekarang Ketemu 

Saat ditanya oleh sang ibu kenapa Darmi tidak menuruti atau menolong sang ibu untuk memasakan sayur buat pelangganya di desa.

Namun tanggapan Darmi ini sungguh menohok, ia malah geram karena anggapnya sang ibu hanya bisa mengganggu hidupnya saja dan membiarkan Darmi dalam keadaan lapar.

Akhirnya sang ibu membuatkan makanan kesukaan Darmi kemudian membereskan kamar Darmi.

Nah akhirnya Darmi ini makin kesini – makin kesana alias keenakan, untuk mengambil segelas air juga dia menyuruh sang ibu untuk mengambilnya.

Tidak pernah sekalipun Darmi mengerjakan pekerjaan rumah.

Apalagi membantu pekerjaan sang ibu yang kekebun sayur setiap hari untuk berdagang ke pasar di kaki bukit.

Namun saat menginginkan sesuatu Darmi ini merengeknya minta ampun harus banget diturutin.

0 Komentar