sumedangekspres – Dalam era digital seperti sekarang, ancaman penipuan online semakin merajalela.
Metode-metode yang digunakan oleh para pelaku kejahatan pun semakin canggih, memanfaatkan celah keamanan cyber untuk merugikan pengguna internet.
Salah satu metode yang paling umum adalah phishing, di mana para pelaku memalsukan identitas perusahaan atau institusi finansial untuk memperoleh informasi pribadi pengguna seperti kata sandi atau nomor kartu kredit.
Baca Juga:Waspada Terhadap Modus Penipuan yang Membobol 5 Jenis SaldoPeringatan BMKG, Hujan Lebat Mengancam Saat Masa Mudik Lebaran 2024
Tidak hanya itu, ada juga berbagai jenis penipuan online lainnya yang perlu diwaspadai, seperti penipuan lelang palsu, penawaran investasi palsu, penjualan produk palsu, dan masih banyak lagi.
Penipuan semacam ini seringkali dimungkinkan oleh celah dalam sistem keamanan cyber.
Para pelaku kejahatan dengan lihai mengeksploitasi kelemahan tersebut untuk mencuri data pribadi pengguna atau mengakses akun mereka tanpa izin.
Salah satu bentuk penipuan online yang paling sering terjadi adalah phishing.
Dalam skema ini, pelaku mengirimkan email atau pesan palsu yang meniru lembaga terkait seperti bank, media sosial, atau perusahaan lainnya untuk meminta informasi sensitif dari korban.
Untuk melindungi diri dari ancaman ini, penting untuk mengenali ciri-ciri modus operandi dari salah satu jenis penipuan social engineering atau yang disebut juga Soceng.
Penipuan soceng yakni aksi kejahatan dengan mencoba memanipulasi psikologis para korbannya dengan mempengaruhi pikiran mereka.
Baca Juga:KCIC Tambah Perjalanan Kereta Cepat Whoosh untuk Angkutan Lebaran 2024Waspada! Alasan Penting untuk Mencuci Baju Baru Sebelum Digunakan
Berikut adalah beberapa ciri yang dapat membantu Anda mengidentifikasi modus penipuan semacam itu:
1. Penggunaan Teknik Phishing
Pelaku penipuan seringkali menggunakan teknik phishing, di mana mereka memalsukan identitas lembaga atau perusahaan yang terpercaya untuk memancing korban memberikan informasi pribadi mereka.
2. Penggunaan Teknik Manipulasi Emosional
Para pelaku sering kali memanfaatkan emosi korban untuk memperoleh kepercayaan dan membuat mereka lebih rentan terhadap penipuan.
Mereka mungkin menggunakan cerita sedih atau mengancam untuk mendapatkan respons dari korban.
3. Manipulasi Nama atau Identitas
Dalam upaya untuk memperoleh kepercayaan korban, para pelaku sering memanipulasi nama atau identitas mereka agar terlihat sah.
Hal ini dapat mencakup pemalsuan email atau situs web yang tampaknya resmi.
4. Penggunaan Informasi Tidak Sah atau Tidak Valid