sumedangekspres – Suatu malam, aku terbangun oleh suara berderit dari dapur. Rasa penasaran membawaku keluar, dan aku melihat ayahku duduk di meja, menatap foto lama dengan senyuman hangat.
“Ini adalah kenangan indah, sayang,” katanya, suaranya lembut namun asing.
Saat aku melangkah mendekat, wajahnya berubah. Matanya kosong, seolah tak ada jiwa. Ketika teror melanda, aku berlari kembali ke kamar, tetapi suara itu memanggilku lagi.
“Kembali, anakku.” Saat itu, aku hanya terpaku dan tubuhku bergetar hebat.
Baca Juga:200 Simpul Uu Ruzhanul Ulum Deklarasi Dukung Pasangan ASIH di Pilgub Jabar 2024Tersangka Guru Cabul Jadi Buronan, Berikut Biodata Lengkap dan Ciri-cirinya
“Ayah sangat merindukanmu…” Ucapnya yang membuat seluruh tubuhku merasakan rasa dingin yang luar biasa.
Aku tidak bisa bergerak, namun aku dengan jelas bisa merasakan kehadiran ayahku yang tepat berdiri dibelakangku. Kudengar dia bertanya kembali dengan nada yang lebih dingin dari sebelumnya.
“Apa kau tidak merindukan ayah…?”
Dengan ketakutan yang luar biasa, aku memberanikan diri untuk menjawab.
“Tapi kau… Bukan ayahku…”