SUMEDANGEKSPRES.COM, Darmaraja – Sejak memasuki musim penghujan, kawasan pesisir Waduk Jatigede dipenuhi lautan sampah.
Sampah yang terdiri dari sampah plastik, sampah rumah tangga, belahan bambu dan bongkahan kayu tampak menumpuk di pesisir waduk. Hamparan sampah itu mengambang akibat terbawa arus sungai.
Menurut informasi dari warga, sampah-sampah itu berasal dari aliran sungai Cimanuk. Sampah akan mulai memenuhi daerah pesisir waduk setiap memasuki musim penghujan.
Baca Juga:Lahannya Diserobot, Ratusan Warga Blokade Akses Proyek Jalan TolHino 300 Box Terguling di Bypass Cicalengka
Meski sampah telah menjadi persoalan bagi keberlangsungan Waduk Jatigede, namun bagi sebagian warga justru jadi keberkahan tersendiri dengan menjadikannya mata pencaharian. Mereka bahkan rela nyemplung ke dalam air saat mencari sampah plastik untuk dijual.
Seperti yang dilakukan Dewi, seorang warga setempat. Sejak memasuki musim hujan, aktivitas mencari sampah plastik di Waduk Jatigede dilakukannya setiap hari.
“Saya keluar biasa jam 7.00 pagi sampai sore,” ungkap Dewi kepada Sumeks, Minggu (19/12).
Dia biasa mengumpulkan seperti sampah sisa plastik gelas air mineral, botol plastik air mineral dan sampah plastik lainnya. Dalam sehari, dirinya mampu mengumpulkan belasan kilogram sampah plastik dengan setiap kilogramnya (Kg) seharga Rp 2.500.
“Sehari lumayan dapat 40 ribu atau lebih, tidak tentu sih,” kata Dewi.
Warga lainnya, Dedi mengaku dalam sehari rata-rata ia mampu mengumpulkan sampah plastik sebanyak 45 Kg sampai 70 Kg. Sampah yang dikumpulkan kemudian dijual kepada pengepul.
“Namanya rongsokan mah kalau lagi banyak, ya kadang-kadang dapat seratus ribu, kadang kurang dari itu,” jelas Dedi.
Baca Juga:Panitia Vaksinasi Cicalengka Siapkan Dooprize MotorBanyak Studi Banding, Sumedang Destinasi Utama Wisata Pemerintahan
Sampah plastik akan terlihat banyak jika memasuki musim penghujan. Pasalnya, sampah-sampah itu berasal dan dibawa oleh aliran sungai Cimanuk.
“Kalau musim hujan begini sampah pasti akan banyak, karena sampah dari aliran sungai Cimanuk,” katanya.
Pembangunan Waduk Jatigede telah direncanakan sejak masa Hindia Belanda. Pembangunan kontruksinya sendiri baru dilaksanakan pada 2007 – 2015 atau pada 31 Agustus 2015 mulai dilakukan penggenangan.
Sedikitnya ada 28 desa yang terpaksa direlokasi. Tidak sedikit, warga yang sebelumnya berprofesi sebagai petani harus banting stir mencari penghidupan lainya.
Waduk Jatigede sendiri memiliki fungsi utama sebagai irigasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Irigasinya untuk mengairi 90 hektar lahan persawahan di sekitaran pantura Jawa Barat, seperti Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Sementara PLTA-nya sendiri konon bakal menghasilkan daya sebesar 110 Megawatt (MW). (kga)