Paparan yang disampaikan ini kemudian menjadi pertimbangan MURI untuk menganugerahi Atje dengan rekor MURI.
Pada penganugerahan rekor MURI, Jaya Suprana menyampaikan bahwa Atje memelopori penamaan satu bidang ilmu yang belum ada di dunia. Dengan demikian, rekor yang diterima Atje bukan lagi rekor nasional, tetapi sudah menjadi rekor dunia.
“Ini yang saya impikan, Anda harus menciptakan ilmu-ilmu baru untuk membuktikan bahwa bangsa Indonesia ini bukan bangsa yang kalah dalam ilmu pengetahuan,” kata Jaya Suprana.
Baca Juga:Pandemi, PTM SMA Negeri 1 Cimanggung DihentikanBenteng Batarai, Pertahanan Belanda Untuk Memantau Pesisir Indramayu
Pengakuan internasional yang sudah diraih adalah diikutsertakannya Prof. Atje dalam Konsorsium Riset Internasional “Research Innovation and Staff Exchange Social Media Analytics” (RISE_SMA): for Society and Crisis Communication” dengan dana dari Uni Eropa untuk skema Marie Sklodowska Currie Action Horizon 2020. Penelitian kerja sama internasional ini dilaksanakan untuk kurun waktu 2019-2024.
Pada konsorsium yang melibatkan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga penelitian dari beberapa negara ini, Prof. Atje bersama akademisi FMIPA Unpad lainnya Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, Dr. Juli Rejito, serta Dr. Diah Chaerani berfokus pada pemanfaatan teknologi informasi dalam memelihara dan melestarikan kebudayaan di era globalisasi.
Banyak peluang yang bisa dilakukan menggunakan kajian Etno-informatika. Salah satu yang sedang dilakukan Prof. Atje adalah menyusun situs (website) untuk menyajikan data informasi kebudayaan di satu daerah.
Kendati saat ini pemerintah sudah memiliki website yang menampilkan data warisan budaya takbenda di Indonesia, namun menurut Prof. Atje analisis data tersebut masih kurang mendalam. Satu di antaranya adalah informasi yang disajikan masih sebatas data rekap kebudayaan per provinsi.
Dari situ, ia dan tim masuk untuk menyajikan data per kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Kabupaten Sumedang menjadi proyek perdana dalam penyusunan prototipe website pariwisata budaya bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olah Raga Kabupaten Sumedang.
“Di lapangan orang sering bertanya, penelitian Etno-informatika ini manfaatnya untuk apa? Akhirnya saya jawab bahwa Etno-informatika bisa efektif digunakan untuk penyebaran informasi budaya, sehingga budaya kita bisa dikenalkan, dilestarikan dan mengglobal,” paparnya.