sumedang, DARMARAJA – Operasi pasar murah minyak goreng merupakan salah satu langkah pemerintah mengantisipasi kelangkaan minyak goreng. Namun, hal itu menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan masyarakat.
Kelangkaan minyak goreng masih terjadi hampir di setiap daerah. Keberadaan minyak goreng bukan hanya langka, tapi juga mahal.
Setiap liternya warga harus membeli dengan harga Rp 20 ribu, tentu saja hal itu membebani warga, apalagi pelaku UMKM.
Baca Juga:Petugas Kebersihan: Kesadaran Masyarakat Perlu DitingkatkanDitopang Kebangkitan UMKM, BRI Optimistis Hadapi Tantangan Ekonomi 2022
Ketua Apdesi Kecamatan Darmaraja Oo Somantri menyebutkan, program kerjasama bulog dan Forkopimda Kabupaten Sumedang untuk menggelar operasi pasar murah minyak goreng dengan harga eceran tertinggi Rp 14 ribu menimbulkan kecemburuan sosial.
“Bagaimana tidak, minyak saat ini tengah langka dan mahal, tentu saja semua masyarakat sangat membutuhkannya,” kata Oo, Selasa (22/2)
Tiba-tiba, kata dia, sekarang ada minyak goreng dengan harga murah. Sudah pasti semua masyarakat menginginkannya. Disamping itu, per desa hanya dijatah 170 liter dengan kemasan 2 liter per kantongnya. Jadi setiap desa hanya menerima 85 kemasan.
“Terus terang kami pihak desa yang jadi pelampiasan warga yang tidak kebagian jatah minyak goreng. Mereka berasumsi kalau pemerintah desa pilih kasih,” tandasnya.
Selain itu, pihak-pihak terkait lainnya sudah memposting atau mensosialisasikan program operasi pasar murah itu melalui media sosial. Sengan begitu, semua orang tahu bahwa ada operasi pasar murah, sedangkan kuota minyak goreng yang disediakan sangat terbatas.
“Yang jadi pemicu keributan itu karena adanya plakat sosialisasi di medsos dan itu tersebar dengan cepat kepada setiap orang. Buktinya pemerintah menyediakan barang sangat sedikit, jadi timbul lah kecemburuan sosial,” kata dia.
Padahal, kalau memang stok barangnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pihak terkait tidak harus menggembor-gemborkannya di medsos. Penyaluran minyak goreng juga bisa di khususkan untuk pelaku UMKM yang berjualan gorengan.
Baca Juga:Kantor Pasar Parakanmuncang Rusak Tak TerurusMeski Pandemi, Promosi Wisata Tetap Dilakukan
“Kalau sekiranya barangnya sedikit, kenapa tidak mencari sasaran yang khusus, jangan di buka untuk umum. Pada akhirnya timbul hal-hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya. (eri)