Adnan masih muda sekali: 36 tahun. Ia sudah terpilih sebagai Bupati Gowa di umur 29 tahun. Sebelum itu pun Adnan sudah anggota DPRD Sulsel dua periode. Sejak umur 23 tahun.
Postur tubuhnya tinggi, tegap. “Saya dulu pemain basket,” ujarnya. Tingginya 180 cm. Gelarnya doktor hukum dari Unhas. Istrinya cantik sekali, 5i: Priska Paramita. Finalis Indonesian Idol 2007. Kini punya dua anak.
Kemarin adalah ultah perkawinannya yang ke-11.
Adnan adalah anak kedua Bupati Gowa yang ia gantikan: Ichsan Yasin Limpo. Ayahnya itu Bupati Gowa dua periode juga. Ichsan menggantikan Syahrul Yasin Limpo, yang adalah kakak kandungnya sendiri. Syahrul juga dua periode menjabat Bupati Gowa. Setelah itu ia menjadi Gubernur Sulsel dua periode –dan kini Menteri Pertanian.
Adnan memang dipersiapkan sejak kecil untuk jadi pejabat. “Sejak SD saya sudah dimasukkan Pramuka. Mencapai segala tingkatan di Pramuka. Sampai ikut Jambore Nasional,” katanya. Lalu diminta aktif di KNPI. Sampai jadi ketua KNPI Sulsel. Begitu lulus S-1 jadi anggota DPRD Sulsel.
Ayahnyalah yang mendorongnya jadi calon bupati –menggantikan sang ayah. Lewat jalur independen. Ia tidak kebagian ”kendaraan” –sudah habis untuk 4 pasang calon dari partai politik. Adnan hanya ditawari posisi calon wakil bupati.
Meski diikuti lima pasang, Adnan menang satu putaran. Baru yang untuk periode kedua Adnan maju lewat partai. “Saya dilamar semua partai,” katanya.
Maka jadilah Adnan calon tunggal. Lawannya, kotak kosong. Ia menang 92 persen.
Sang ayah masih sempat menyaksikan Adnan jadi bupati di periode pertama. Sang ayah lantas meninggal dunia. Di Singapura. Kanker paru. Di usia yang baru 52 tahun.
Pesan terakhir sang ayah: berhentilah merokok. Ia dengarkan sendiri pesan terakhir itu. Adnan pun langsung berhenti merokok. Sampai sekarang.
Dari Gowa saya berkendara ke Parepare. Bersama istri. Kangen ikan bakarnya. Dulu, dua jam sudah bisa sampai Pare-pare. Kini harus tiga jam.
Sambil makan, saya menelepon Wakil Bupati Enrekang. Saya masih penasaran soal Mandoti. Terutama kenapa beras itu diberi nama Mandoti.
“Mandoti itu bahasa Enrekang. Artinya, guna-guna. Atau hipnotis,” ujar Asman, sang wakil bupati.