sumedang, KOTA – Permasalahan harga cabai yang melambung tinggi menjadi polemik di masyarakat. Bahkan, terkadang menjadi perdebatan.
Seperti banyak dialami tukang sayur keliling di kampung atau perumahan. Mereka sering berdebat dengan langganannya yang didominasi ibu-ibu.
Seperti dikatakan tukang sayur Ucup Setio yang sedang berjualan di lingkungan Gunung Cina. Kelurahan Regol Wetan Kecamatan Sumedang Selatan, Kamis(7/7).
Baca Juga:Wisata Edukasi, Akan Lebih Banyak Warga Yang DiberdayakanKoica Safety At Home, Program PMI
Dia mengatakan baru saja selesai adu argumen dengan warga setempat yang sedang membeli dagangannya.
“Ramai gara-gara harga cabai hijau yang saya jual naik,” ujar Ucup kepada Sumeks.
Dikatakan, harga cabai hijau yang Ucup tawarkan kepada pembeli Rp 10.000 per plastik kecil karena harga perkilogramnya naik dari pasarnya.
“Kan naik harga dari sananya, apa lagi cabe merah. Jadi saya juga naikan harga yang saya jual,” katanya.
Menurutnya, dirinya beradu argumen dikarenakan tidak ingin mengalah akan harganya yang ditawar menjadi Rp 8.000. Dia pun tidak menerima akan tawaran itu.
“Saya kan baru jualan sayuran sih, biasanya saya jualan di pasar jualan baju. Jadi saya agak kurang srek kalau harganya makin nurun,” jelasnya.
Sementara itu, seorang warga yang beradu argumen dengan pedagang sayur Ikah Surikah mengatakan, dirinya memang menawar harga yang ditawarkan. Sebab, ingin murah atau kembali tidak jauh dari harga biasanya.
“Kan udah mah sedikit, isinya mahal lagi,” kata Ikah.
Baca Juga:Wujudkan Mekarasih Jadi Sentral PisangLibatkan Milenial, Gerindra Sumedang Siap Hadapi Pemilu 2024, Peningkatan Signifikan Setiap Tahunnya
Menurutnya, adu argumen tersebut hanyalah sebuah omongan biasa dikarenakan namanya ibu-ibu kan suka ngomong dan bawel.
“Alhamdulillah tidak sampai jadi obrolan panjang. Karena saya juga mengalah mungkin karena baru berjualan jadi pedagang itu sensitif,” pungkasnya. (wly)