sumedang, CIBUGEL – Wilayah hutan dan kebun banyak menyimpan potensi umbi-umbian yang bisa dongkrak perekonomian petani. Salah satunya Ubi hutan (Dioscorea Hispida Dents) atau gadung yang banyak terdapat di wilayah hutan Desa Cipasang, Kecamatan Cibugel.
Namun keberadaan gadung di wilayah Cipasang tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal oleh petani. Pasalnya, pengolahan komoditas gadung harus mendapatkan perlakuan khusus. Jika pengolahan kurang maksimal, kandungan racun dalam gadung tidak akan hilang.
Salah satu pengurus Kelompok Tani di Desa Cipasang, Dedi Mulyadi menyebutkan, setelah melakukan penelusuran ke sejumlah titik hutan di wilayah Cipasang, ternyata banyak ditemukan tumbuhan gadung.
Baca Juga:Plasa Telkom Sumedang Berikan Kemudahan Bagi UMKMDPO: Apdesi Sumedang Harus Lebih Kompak
Menurutnya, tanaman gadung tumbuh secara liar di hutan-hutan. Sebagian besar petani, memang kurang berminat untuk memanen tumbuhan gadung tersebut. Padahal, ternyata gadung bisa dimanfaatkan untuk bahan baku makanan ringan atau kue.
“Setelah kami telusuri dengan anggota kelompok tani lainnya, ternyata tumbuhan gadung berlimpah di wilayah hutan Cipasang. Ini merupakan peluang, karena gadung ternyata merupakan bahan baku yang bisa dijadikan makanan ringan. Bahkan di sejumlah super market juga telah banyak makanan ringan berbahan baku gadung,” ujar Dedi, belum lama ini
Tepisah, salah satu ketua kelompok tani di Kecamatan Darmaraja, Suharyana juga berpendapat sama. Pasalnya, banyak tumbuhan atau hasil bumi yang selama ini kurang disadari oleh petani, bahwa hasil bumi yang mereka dapat itu bisa mendongkrak perekonomian.
Selain gadung, Suharyana juga menilai komoditas umbi-umbian sejenis talas, seperti ganyong dan sejenisnya, saat ini sudah mulai dipandang sebelah mata oleh sebagian petani. Padahal, jenis itu bisa ditanam di hamparan tanah yang kurang produktif dan hasilnya bisa memberikan penghasilan yang lumayan besar. Dengan syarat, petani harus kreatif dalam pengolahannya.
Secara umum, Suharyana menilai, para petani masih kurang kreatif dalam segi pengolahannya. Seperti singkong, pada saat harga singkong anjlok petani hanya bisa pasrah. Padahal kalau ditangan orang-orang kreatif, singkong bisa punya nilai jual tinggi.
“Pada intinya, untuk memaksimalkan hasil bumi, petani harus rajin dan kreatif. Disini mungkin perlu juga rangsangan dari pemerintah untuk mengasah kreatifitas petani dalam meningkatkan mutu hasil taninya,” jelasnya. (eri)