sumedang, DARMARAJA – Gula aren atau gula merah atau gula kawung adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau. Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira. Yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma. Seperti kelapa, aren, dan siwalan.
Banyaknya hujan, berdampak kepada tingginya kandungan air pada pohon tersebut. Sehingga, kandungan gula akan ada penurunan. Cairan yang lebih dikenal di Jawa Barat dengan sebutan lahang itu akan banyak didapat oleh penyadap. Namun, setelah dilakukan pengolahan, jumlah gula aren yang dihasilkan tidak sesuai dengan jumlah air nira atau lahang yang diolah.
“Kalau banyak hujan tentu ada penurunan kualitas air nira, jadi kandungan airnya lebih banyak dibanding dengan kandungan gula,” kata salah satu perajin gula aren, Ahdi, Minggu (16/10).
Baca Juga:Maskara, Insentif Pemprov untuk Desa Mandiri dan Berprestasi Indonesia Aman Resesi, Iklim Perekonomian Internasional Mengkhawatirkan
Dalam hal ini, para perajin sudah tidak kaget lagi dengan masa-masa seperti itu. Sebab hal itu pasti terjadi pada saat musim hujan. Untuk momen seperti itu, tidak akan berdampak kepada kualitas gula aren, hanya saja pengaruh buruknya kepada kuantitas gula yang dihasilkan.
“Momen seperti ini memang selalu terjadi pada saat musim hujan. Jadi kita tidak kaget lagi, hanya saja target produksi gula aren kita jadi ada penurunan,” katanya.
Dia menerangkan, dari hutan atau kebun para perajin membawa nira yang terdapat dalam lodong bambu dengan jumlah yang sangat banyak, bisa dua kali lipat dari musim kemarau. Tapi pada saat diolah jadi gulanya sedikit.
“Kalau musim hujan kita hanya berat bawa nira dari kebunnya saja. Padahal, setelah diolah hasilnya sedikit,” kata dia.
Dalam hal ini, meski produksi gula menurun tidak pengaruhi harga jual gula tersebut. (eri)