sumedang, KOTA – Di era perkembangan zaman yang begitu pesat, sebuah pendidikan menjadi salah satu hal terpenting bagi warga masyarakat Indonesia.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi seseorang dalam berbagai aspek yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat,dan orang lain.
Pada saat ini, standarisasi jenjang pendidikan menjadi sebuah acuan untuk kepentingan karir seseorang.
Baca Juga:Sumedang Waspada Bencana, Belasan Kecamatan Rawan Longsor dan Tujuh Wilayah Rawan BanjirPusat Bisnis Sumedang Terkepung Banjir, Ganggu Mobilitas Warga
Tidak terlepas dari faktor pergaulan lingkungan yang terjadi di masyarakat yang begitu membuat kehawatiran para orangtua.
Terutama kehawatiran kepada anak-anak nya takut terbawa arus oleh pergaulan yang kurang baik,saat ini tidak sedikit yang mengalami kecelakaan hingga menimbulkan gangguan mentalitas karena pergaulan bebas.
Ini menjadi tantangan besar bagi para orangtua,bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga dan menjamin anak-anaknya supaya tidak terjerumus di kemudian hari.
Maka jangan heran banyak orangtua yang menitipkan anaknya di sebuah lembaga pendidikan keagamaan yaitu pesantren.
Pesantren yang sering dicari saat ini yakni pesantren yang ada pendidikan formalnya (sekolahnya).
Namun sayangnya,tidak sedikit orangtua yang belum memahami perbedaan prinsip antara mesantren sambil sekolah dan sekolah sambil mesantren.
Terbukti banyak kejadian ketika seorang orangtua menitipkan anaknya di sebuah lembaga pendidikan islam atau pesantren yang ada sekolahnya berprinsip “nyekolahkan anak sambil mesantren”.
Baca Juga:Ridwan Kamil Serahkan Bantuan untuk Pembangunan Sarana Prasarana Pendidikan di Bogor dan DepokBRI Kembali Buka Program Management Trainee, BRILiaN Future Leader Program
Sehingga, seolah-olah yang diutamakan orangtua itu pendidikan formalnya bukan pendidikan pesantrennya.
Ini yang menjadi persoalan yang kerap kali terjadi,tutur bahasa itu menjadi sebuah prinsip penting mana yang utama dan mana yang harus di utamakan.
Padahal sebenarnya makna dari pesantren itu mengutamakan pembelajaran atau pendidikan ilmu agama,adapun sekolah formalnya itu menjadi nomor dua.
Pendidikan formal atau sekolah di sebuah pesantren hanya untuk mengimbangi saja,menjadi tempat refreshing (hiburan) seorang Santri.
Santri di pesantren mempunyai kewajiban untuk mengaji, menghafal dll. Dalam sehari bisa mencapai lima kali untuk mengaji, santri pikirannya terus di olah diasah di genjot untuk berpikir.
Karenanya seorang santri akan sesekali merasakan fase kejenuhan,butuh hiburan untuk merefresh pikirannya.