sumedangekspres – Rel kereta api sepanjang 11,2kilometer membentang dari Rancaekek hingga Tanjungsari, jalur tersebut masuk Wilayah Aset II Bandung. Namun kini sudah tak ada, kita hanya bisa melihat sisa-sisa jalur kereta api tersebut.
Dulu jalur kereta api ini di rencanakan membentang hingga Sumedang, jalur kereta api ini dibuat bertujuan untuk mengangkut hasil bumi yang ada di wilayah Jatinangor serta menjadi transfortasi militer Belanda.
pada tahun 1917 jalur tersebut mulai di bangun dan diresmikan pada tanggal 13 Februari 1921. Tapi sayang jalur tersebut hanya sampai Tanjungsari , gagal dibangun hingga Sumedang karena kas negara Belanda saat itu terpuruk akibat Perang Dunia I.
Baca Juga:10 Drakor Terbaru yang Tayang Desember 2022, Dari Song Hye Kyo hingga Jung Hae InJalan Braga, Tak Usang Dimakan Waktu
Dalam membangun jalur Citali-Sumedang, sedikitnya diperlukan anggaran sebesar 4,5 juta gulden. Anggaran itu, belum termasuk anggaran persiapannya sebesar 500 ribu gulden.
Jika jalur Sumedang selesai dibangun maka akan dilanjutkan untuk pembukaan jalur Sumedang-Kadipaten, Majalengka. Lalu, jalur penghubung antara Bandung dan Cirebon.
Jalur Citali hingga Sumedang batal dibangun lantaran faktor keuangan, juga akibat keburu masuknya era penjajahan Jepang di Indonesia. Jalur kereta api tersebut akhirnya di non aktifkan sekitar tahun 1942 dan rel nya di bawa oleh penjajah Jepang untuk membuat jalur Kereta Api Saketi-Bayah yang ada di provinsi Banten, karena Penjajah Jepang menganggap Sumedang tidak terlalu penting
Jalur tersebut beroprasi tak berlangsung lama hanya sampai tahun 1942 karena dibongkar oleh romusa Jepang. Namun sampai saat ini bekas bekas Jalur tersebut masih ada seperti Jembatan Cincin Cikuda, Viaduk Jatinangor, dan Stasiun Tanjungsari. Stasiun yang tersisa hanyalah Stasiun Tanjungsari yang kini diubah menjadi kantor sekretariat Persatuan Purnawirawan ABRI Tanjungsari.
Dulunya ada 6 setasiun di jalur tersebut diantaranya Setasiun Rancaekek – Bojongloa – Cikeruh – Citeles -Tanjungsari.
Dalam buku ‘Boekoe Peringatan dari Staatsspooren Tramwegen di Hindia-Belanda 1875-1925‘ karya S.A. Reitsma (1924) yang disadur ulang ke dalam versi pendek berbahasa melayu rendah oleh R. M. Haria W. Soemarta, SS telah berhasil membangun sejumlah jalur kereta api di pulau Jawa dan Sumatera. Bahkan, warisannya masih bisa dirasakan hingga kini.