sumedangekspres – Sejarah gunung tampomas sumedang Gunung Tampomas merupakan sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya sebelah utara kota Sumedang.
Stratovolkano dengan ketinggian 1684 meter di atas permukaan laut ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.
Tampomas berasal dari dua suku kata, yaitu tampo dan emas. Tampo atau tampi diartikan sebagai menerima. Sedangkan emas adalah logam mulia emas.
Baca Juga:Sekilas Penelitian Situs Gunung PadangSekilas Sejarah Kesenian Gembyung Jawa Barat
Jadi Tampomas, gunung yang menerima (emas). Disebut-sebut sebagai gunung yang menerima senjata pusaka atau Kris berbalut emas.
Di Puncak Sangiang Taraje akan didapati makam keramat yang dikenal dengan nama Pasarean. Makam tersebut hingga kini masih banyak dikunjungi warga. Belum ada cerita pasti siapa yang dikuburkan di puncak gunung tersebut.
Walaupun, banyak kisah menceritakan, tempat tersebut adalah petilasan dari Prabu Siliwangi dan Dalam Samaji pada masa kerajaan Pajajaran Lama.
legenda Gunung Tampomas salah satunya tentang keberadaan makam di puncak gunung juga disebut sebut berasal dari orang pertama yang menginjakan kaki di gunung itu Prabu Sokawayana (putra Prabu Guru Haji Adji Putih) kedua, atau adik kandung Prabu Tadjimalela.
Perjalanannya ke gunung tersebut kemudian mendirikan Medang Kahiyangan atau tempat ngahiyang atau tilem.
Cerita rakyat Sumedang, legenda Gunung Tampomas lainnya bermula pada zaman dahulu kala, ketika Gunung Gede sedang aktif pertanda akan meletus. Saat itu, keluar suara bergemuruh dari dalam gunung dan asap tebal.
Kondisi tersebut membuat masyarakat Sumedang ketakutan. Melihat keresahan masyarakatnya, Bupati Sumedang yang disebut sebut pangeran pada saat itu, kemudian bersemedi mencari petunjuk.
Baca Juga:Sekilas Sejarah Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tertua Di NusantaraLomba Sihir Akan Tampil Di Now Playing Festival Sebagai Pentas Sihir
Hingga suatu malam dia bermimpi agar melemparkan benda pusaka emas yang menjadi miliknya ke dalam kawah agar gemuruh gunung Gede berhenti.
Setelah yakin dengan petunjuk itu, sang pangeran kemudian berangkat ke kawah gunung Gede (Tampomas) bersama beberapa warga. Sesampainya di puncak gunung, dia kemudian melempar senjata pusaka ke tengah kawah.