Sejarah Perang Bubat Padjadjaran

Sejarah Perang Bubat Padjadjaran
Sejarah Perang Bubat Padjadjaran Ilustrasi
0 Komentar

sumedangekspres Sejarah perang bubat Padjadjaran. Perang Bubat yang juga disebut Pasunda Bubat adalah pertempuran antara bala sentana Raja Sunda dan angkatan perang Majapahit yang berlangsung di alun-alun Bubat, kawasan utara Trowulan, ibu kota Majapahit, pada tahun 1279 Saka atau 1357 Masehi.

Sejarah perang bubat Padjadjaran diawali dari rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana.

Hayam Wuruk, raja Majapahit memutuskan mungkin karena alasan politik untuk mengambil putri Citra Rashmi (juga dikenal sebagai Pitaloka) sebagai istrinya. Dia adalah putri Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa dari Kerajaan Sunda.

Baca Juga:Sejarah Berdirinya Kerajaan Di Tatar SundaSekilas Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Tradisi menggambarkannya sebagai gadis dengan kecantikan luar biasa. Patih Madhu, seorang mak comblang dari Majapahit diutus ke kerajaan untuk meminangnya.

Senang dengan lamaran dan melihat kesempatan untuk membina aliansi dengan Majapahit, kerajaan terkuat di wilayah itu, raja Sunda memberikan restunya dan memutuskan untuk menemani putrinya ke Majapahit untuk pernikahan.

Pada tahun 1357 raja Sunda dan keluarga kerajaan tiba di Majapahit setelah berlayar melintasi Laut Jawa dengan armada 200 kapal besar dan 2000 kapal kecil.

Sejarah perang bubat Padjadjaran Keluarga kerajaan menaiki kapal jung (bahasa Jawa: Jong sasanga wangunan) dengan sembilan lantai, dan mendarat di pelabuhan Hujung Galuh, berlayar ke daratan melalui Sungai Brantas dan tiba di pelabuhan sungai Canggu. Rombongan kerajaan kemudian berkemah di alun-alun Bubat di bagian utara Trowulan, ibu kota Majapahit, dan menunggu upacara pernikahan.

Namun Gajah Mada, perdana menteri Majapahit melihat acara tersebut sebagai kesempatan untuk menuntut penyerahan Sunda ke kerajaan Majapahit, dan bersikeras bahwa alih-alih menjadi Ratu permaisuri dari Majapahit, sang putri harus ditampilkan sebagai tanda penyerahan dan diperlakukan sebagai selir raja Majapahit belaka.

Raja Sunda marah dan terhina oleh permintaan Gajah Mada, dan memutuskan untuk pulang serta membatalkan pernikahan kerajaan. Namun, Majapahit menuntut tangan putri Sunda, dan mengepung perkemahan Sunda.

Sejarah perang bubat meninggalnya Nyimas Diah Pitaloka akibatnya, terjadi pertempuran kecil di alun-alun Bubat (sekarang kira-kira di dusun Bubat, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto) antara tentara Majapahit dan keluarga kerajaan Sunda untuk mempertahankan kehormatan mereka.

0 Komentar