Khutbah Jum’at Ikhlas, Inovatif, dan Teladan

Khutbah Jum'at
Khutbah Jum'at(dika.pin)
0 Komentar

Khutbah Jum’at

Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah (agar dikenal), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub (bangga diri) dsb. maka akan rusaklah seluruh jasadnya.

Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma’ruf dan nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya.

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal;

(1)       agar dapat mengalahkan orang-orang tidak tahu,

(2)       agar dapat mendebat para fuqaha’ dan

(3)       agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian.

Baca Juga:Review Spesifikasi Toyota Corolla AltisReview Spesifikasi Toyota VellFire

Sungguh naïf kalau amal yang kita kerjakan kita bangun untuk hal-hal yang demikian, maka penyakit-penyakit yang seperti ini harus kita kikis dalam hati kita dengan mujahadah yang maksimal, karena keikhlasan itu juga tidak lahir dengan gampang dan tidak akan menyatu dalam jiwa kita begitu saja, tapi harus diusahakan selalu dengan selalu menyingkirkan pengaruh-pengaruh negatif yang disebarkan oleh syaithan yang selalu mengganggu keikhlasan amal kita.

Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Khutbah Jum’at

Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيَ بِهَا وَجْهُ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ

 “Sesungguhnyakamu tidaklah menafkahkah satu nafkah pun karena mengharapkan keridhaanAllah, kecuali kamu akan diberikan pahala terhadapnya sampai dalamsuapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. HR. Bukhari-Muslim

Sebagai muslim sejati kita hanya bertugas menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT semata dan kita tidak ada hak untuk menilai perbuatan kita sendiri sebagaimana pernyataan Zunnun al-Misriy orang ikhlas melupakan amal kebaikan yang ia lakukan, Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman di sekeliling kitalah yang akan menilai apa yang kita kerjakan, firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 105:

0 Komentar