Kepercayaan dan Adat Suku Badui

Kepercayaan Adat Suku Badui
Kepercayaan Adat Suku Badui
0 Komentar

sumedangekspres – Kepercayaan Adat Suku Badui  Kepercayaan masyarakat Kanekes disebut sebagai ajaran Sunda Wiwita, ajaran leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi dan berakar pada penghormatan terhadap karuhun, atau roh nenek moyang, dan pemujaan terhadap roh kekuatan alam (animisme).

Meskipun sebagian besar aspek ajaran ini awalnya diturunkan dari generasi ke generasi, namun dalam perkembangan selanjutnya ajaran leluhur ini sedikit dipengaruhi oleh beberapa aspek ajaran Hindu, Budha dan kemudian Islam.

Bentuk penghormatan terhadap roh kekuatan alam ini diekspresikan sebagai sikap protektif dan protektif terhadap alam; yaitu menjaga lingkungan alam (pegunungan, bukit, lembah, hutan, kebun, mata air, sungai dan segala ekosistem yang ada di dalamnya) dan menghormati alam dengan sebaik-baiknya dengan menjaga dan melindungi hutan terlarang sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan dari alam semesta.

Baca Juga:Sejarah Tanjungsari Sumedang Sebelum Jadi KecamatanSejarah Jatinangor Sumedang Jaman Belanda

Inti kepercayaan itu tampak pada adanya pikukuhi, aturan adat yang mutlak diikuti dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kanekes (Garna, 1993). Isi utama Pikuku (Kesesuaian) Kanekes adalah konsep “tidak ada perubahan” atau perubahan sesedikit mungkin:

Jerami panjang tidak bisa dipotong, jerami pendek tidak bisa dibelah (yang panjang bisa/tidak bisa dipotong, yang pendek bisa/tidak bisa dibelah).

Tabu dalam kehidupan sehari-hari dimaknai secara harfiah. Di bidang pertanian, bentuk janggal ini tidak mengubah kontur tanah untuk sawah, sehingga cara bercocok tanam sangat sederhana, tidak membajak, tidak membendung, hanya menanam dengan lidi yaitu sebatang bambu yang diruncingkan.

Selama pembangunan rumah, kontur lantai juga dibiarkan tidak berubah, sehingga tiang-tiang rumah Kanekes seringkali tidak terlalu panjang. Perkataan dan perbuatan mereka jujur, polos, tanpa imajinasi, bahkan dalam bisnis mereka tidak bertindak.

Tempat pemujaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Domas Arca yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling keramat. Orang Kanekes mengunjungi tempat ini setahun sekali di bulan Kalima, yang bertepatan dengan bulan Juli tahun 2003, untuk berdoa di sana.

Hanya pu’un, atau kepala adat tertinggi, dan beberapa umat paroki terpilih yang bergabung dalam kelompok pemujaan tersebut. Kompleks Arca Domas memiliki lesung batu yang menyimpan air hujan. Bagi masyarakat Kanekes, jika pada saat pemujaan terdapat lesung batu yang penuh dengan air jernih, pertanda tahun ini akan banyak hujan dan panen akan melimpah.

0 Komentar