Seperti halnya masjid-masjid di Jawa pada umumnya, Masjid Agung Sumedang juga memadukan unsur-unsur arsitektur Islam dan arsitektur Jawa. Hal ini bisa dilihat dari ornamen-ornamen di dinding dan jendela yang dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, namun tetap mengutamakan desain yang sesuai dengan ajaran Islam.
Selain itu, Masjid Agung Sumedang juga memiliki berbagai keunikan, seperti tiang-tiang penyangga yang berjumlah 32, jumlah pintu dan jendela yang juga berjumlah 32, dan kubah-kubah di bagian atas bangunan.
Keseluruhan desain arsitektur Masjid Agung Sumedang memberikan atmosfer yang tenang dan damai, cocok untuk tempat beribadah dan juga sebagai objek wisata bagi masyarakat Sumedang dan sekitarnya.
Baca Juga:Pembangunan Kereta Api Jatinangor Jaman Kolonial BelandaSejarah11 Maret Apa Itu Supersemar
Sumedang memiliki Sejarah yang cukup panjang. Menurut catatan sejarah, pembangunan masjid ini dimulai pada masa penjajahan Belanda.
Pada saat itu, Cut Nyak Dien yang merupakan seorang pahlawan nasional pernah singgah di Sumedang dan bahkan mendapat perlindungan dari ulama besar setempat. Setelah Cut Nyak Dien wafat, ulama besar tersebut memutuskan untuk membangun masjid sebagai wakaf atas nama Cut Nyak Dien di Sumedang.
Masjid Agung Sumedang menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menarik di Sumedang.
Selain bersejarah, masjid ini memiliki arsitektur yang indah dan memadukan sentuhan seni tradisional dengan modern. Terletak di pusat kota Sumedang, masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan juga pusat pengembangan budaya di daerah tersebut.