Sejarah Mitologi Larangan Perkawinan Suku Jawa dan Suku Sunda

Sejarah Mitologi Larangan Perkawinan Suku Jawa dan Suku Sunda
(Sejarah Mitologi Larangan Perkawinan Suku Jawa dan Suku Sunda)
0 Komentar

sumedangekspres – Pernikahan adalah salah satu sunnahtullah yang paling umum bagi semua ciptaan Tuhan, manusia, hewan dan tumbuhan. Ini  dia Hal Menarik Dari Mitologi Perkawinan  Suku Jawa dan Suku Sunda.

Tujuan perkawinan adalah berbeda bagi setiap pasangan, dan dapat bervariasi tergantung pada latar belakang budaya, agama, dan nilai-nilai individu.

Biasanya tujuan utama perkawinan adalah untuk membentuk kehidupan keluarga yang langgeng dan bahagia antara suami dan istri untuk memperpanjang garis keturunan mereka.

Baca Juga:Atalia Ridwan Kamil Ikut Fashion Show HUT DekranasNikmati Kelezatan Nasi Padang di Rumah dengan Resep Nasi Padang Mudah Ini

Menurut K.H. Ahmad Azhar Basyir dalam bukunya yang berjudul Hukum Perkawinan Islam perkawinan adalah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkanhubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diajarkan oleh agama Islam.

Mitologi Larangan Perkawinan Suku Jawa dan Suku Sunda

Mitos ini pertama kali berkembang setelah peristiwa Perang Bubat. Perang ini berawal dari niat Raja Hayam Wuruk untuk mempersunting putri Dyah Pitaloka Citaresmi dari negeri Sunda.

Konon ketertarikan Hayam Wuruk pada putri Dyah berawal dari lukisan sang putri yang beredar di Majapahit yang diam-diam dilukis oleh seorang seniman bernama Sunging Prabangkara.

Namun ketika raja Sunda datang ke Bubat bersama istri dan putrinya Dyah Pitaloka, timbul kesalahpahaman.

Menurut Kidung Sundayana, Patih Gajah Mada tidak menyambut baik kedatangan kerajaan Sunda, melainkan menganggap kedatangan mereka sebagai bentuk penyerahan diri karena ingin memenuhi sumpah palapa.

Namun, ternyata hanya kerajaan Sunda saja yang tidak berada di bawah kekuasaan Majapahit. Kemudian timbul perselisihan antara utusan Linggabuana dan Gajah Mada.

Kemudian timbul perselisihan antara utusan Linggabuana dan Gajah Mada.

Terjadi perang yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang besar melawan Linggabuana dan pasukan kecil pengawal pemerintah dan pejabat pemerintah serta menteri yang ikut dalam kunjungan tersebut.

Baca Juga:Rekomendasi dan Lokasi Nasi Padang Terbaik di SumedangSejarah Singkat Suku Sunda ini Perlu Kamu Ketahui

Peristiwa yang dikenal dengan Perang Bubat ini berakhir dengan tewasnya Linggabuana, para menteri dan pejabat pemerintahan, serta seluruh keluarga kerajaan Sunda.

Akibat kejadian ini, hubungan kedua kerajaan menjadi tidak harmonis.

0 Komentar