Raden Wijaya dan Puteri tampak ragu-ragu untuk mengikuti jejak kerbau di seberang sungai, namun di seberang sungai kerbau tampak menunggu Raden Wijaya menyeberang, lalu Raden Wijaya menantang si Cipamali.
menyeberangi sungai setelah seorang putri. Ketika Raden Wijaya dan Puteri sampai di seberang, kerbau kembali memasuki hutan dan mengikuti Raden Wijaya dan Puteri.
Sesampainya di suatu tempat di dalam hutan, Raden Wijaya dan sang putri kehilangan jejak kerbau dan kembali tidak dapat melanjutkan perjalanan, sama sekali tidak mengetahui jalan di dalam hutan.
Di kejauhan mereka mendengar kokok ayam jantan. Itu sangat keras.
Baca Juga:Sejarah Kerajaan Rajagaluh Majalengka di Bawah Kerajaan PajajaranSejarah Sumedang Perjuangan Melawan Belanda
Mereka bergegas menuju sumber kebisingan dan menemukan sebuah desa kecil bernama Kampung Tarik Kolot.
Penduduk desa sendiri adalah warga Kerajaan Pajajara dan sedang berusaha mencari tempat baru.
Raden Wijaya dan sang putri diterima dengan baik di desa kuno dan di desa kuno ini mereka menikah, disaksikan oleh seluruh penduduk desa kuno.
Kenikmatan perkawinan Raden Wijaya dihibahkan tanah untuk membangun rumah dimanapun Raden Wijaya mau. Raden Wrjaya berkeliling Tama Kolot untuk mencari tempat yang cocok untuk membangun rumah.
Akhirnya langkahnya terhenti di depan sebuah pohon beringin besar (kiara baok dalam bahasa Sunda) yang sudah ditumbuhi lumut dan akar-akarnya menjuntai dari tanah. Selain pohon beringin, ada sumber air yang bisa menjadi sumber kehidupan keduanya.
Raden W’rjaya kemudian membangun sebuah rumah di dekat pohon beringin dan diyakini sebagai tempat persisnya berdirinya desa Karangsar.
Ketika Raden Wijaya membangun rumah di sana, lambat laun orang lain mengikutinya dan akhirnya menjadi sebuah desa yang disebut Desa Kiara Baok karena kewibawaan dan kebaikan Raden Wijaya menyebar dari mulut ke mulut dan akhirnya nama Desa Kiara Baok terkenal subur dan subur.
Baca Juga:Sejarah Perselisihan Sumedang Dan CirebonSejarah Sumedang Masa Kolonial Belanda
kesuburan Memiliki pemimpin yang bijaksana dan terampil, sehingga banyak yang ingin menetap di Desa Kiara Baok. Kepemimpinan Raden Wjaya diwarisi dari orang tuanya yang menjadi penguasa Madiun, dan dengan demikian ia memelihara kampung Kiara Baok yang tumbuh dan berkembang. Dari perkawinan Raden Wijaya dan Putri, lahirlah dua putra yang sangat berbakti, yaitu: