sumedangekspres-Pameran mewah Bandung, bagi para pecinta seni kembali hadir. Pameran ini merupakan program kelima GREY, setelah empat pameran sebelumnya dihelat pada Februari – Agustus 2023.
Pameran mewah Bandung, GRAY Art Gallery menginisiasi dan menyelenggarakan Pameran Seni Rupa Solo, Duet, dan Group Exhibition, yang mulai dibuka untuk umum pada 1 September 2023, pukul 16.00 WIB, di GRAY Art Gallery, Jalan Braga No. 47, Kec. Sumur, Kota Bandung.
Pameran Seni Rupa kali ini yang bertema “Tetrad Seni September” menampilkan 138 unit karya dari 12 seniman yang terdiri dari 82 judul karya yang meliputi lukisan, sketsa, dan instalasi. Pameran ini akan berlangsung hingga Oktober mendatang.
Baca Juga:Mengapa Namanya Jadi Nama Hutan Taman Kota Bandung? Siapa Dia? Siapa Ir. H. Djuanda?Keindahan taman hutan Ir. H. Djuanda: Menyelusuri hutan tengah kota Bandung
“Tetrad Seni September” merupakan judul yang mewakili empat elemen kunci atau aspek yang akan dihadirkan dalam pameran seni rupa di Grey Art Gallery. Istilah “tetrad” digunakan untuk merujuk pada pameran atau kombinasi empat hal, yang dalam konteks ini, mengacu pada empat elemen kegiatan berkesenian yang menciptakan pengalaman seni yang holistik dan beragam.
Pameran ini menampilkan karya-karya seni milik Tennessee Caroline, Dew Aditia, Dey Irfan, Prabu Perdana dan Arkana Grup yang terdiri dari, Bimo Wisnu Atmojo, Fandy Dwimarjaya, Haviez Ammar, Herman Priyono, Jerojerr, Rezza Resda Kelanasukma, Rusyan Yasin dan Zahra Chinintya Rachman.
Seniman Arkana group merupakan seniman pilihan GREY Art Gallery berdasarkan kesamaan konsep kekaryaan seniman dengan tujuan Arkana Exhibition. Tentang kekaryaan para seniman, “The Journey” merupakan dunia imajinasi yang hadir sebagai bentuk keseriusan seniman Tennessee Caroline dalam membicarakan dirinya dan lingkungan sebagai bentuk protes akan kerusakan lingkungan.
“Echo of My Thoughts” mengundang pengunjung untuk menelusuri aliran pikiran, emosi, dan refleksi dalam potongan-potongan visual yang merepresentasikan pengalaman pribadi Dewi Aditia, sekaligus pengalaman bersama dihadapan dengan bahasa sebagai rumah bersama.
“Dreamscapes” menghadirkan karya penuh landscape tetapi yang bersifat anti antroposentris modern hasil goresan dan eksplorasi dari seniman Prabu Perdana Visualisasi ini bukanlah suatu prediksi akan masa depan.
Pada kesempatan ini berduet dengan seniman Dey Irfan dengan menghadirkan karya hubungan antara lanskap internal diringi dengan artifisialitas budaya modern.