sumedangekspres – Musim panas 2023. Bumi adalah rumah bagi banyak iklim dan kondisi cuaca yang berbeda. Namun sepanjang sejarahnya, planet ini telah mengalami suhu ekstrem yang menjadi perhatian utama para ilmuwan dan komunitas global.
Suhu yang sangat tinggi di Bumi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, aktivitas manusia, dan dinamika alam.
Badan Antariksa Nasional AS (NASA) memastikan musim panas tahun 2023 merupakan musim panas terpanas sejak pencatatan suhu global dimulai pada tahun 1880.
Baca Juga:Timnas Indonesia Lawan Irak Bulan Depan, Putaran Kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026Kualifikasi Piala Dunia 2026: Hokky Caraka Man of The Match Melawan Brunei
Hal ini dibuktikan dengan gelombang panas terik yang membakar di Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan wilayah lain.
Menurut NASA, rekor suhu ini disebabkan oleh pemanasan global akibat aktivitas manusia dan diperburuk oleh fenomena cuaca berulang yang dikenal sebagai El Niño.
Analisis NASA menunjukkan bahwa pada bulan Agustus saja, suhu 1,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan rata-rata musim panas.
Sedangkan suhu gabungan pada Juli-Agustus lebih tinggi 0,23 derajat Celcius dibandingkan musim panas sebelumnya.
1. Gelombang panas
Gelombang panas adalah salah satu contoh paling jelas dari suhu ekstrem.
Di beberapa belahan dunia, suhu yang sangat tinggi dapat menimbulkan kondisi berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Contoh yang terkenal adalah gelombang panas di Eropa pada tahun 2003 dan Australia pada tahun 2019,
yang menyebabkan ribuan kematian dan kerugian ekonomi yang signifikan.
2. Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kecenderungan peningkatan suhu rata-rata bumi yang dapat menyebabkan suhu ekstrem di berbagai wilayah.
Baca Juga:Indonesia Maju ke Babak 2 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Setelah Bantai BruneiAlasan Film The Beekeeper Tidak Boleh Kamu Lewatkan
Perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pelepasan gas rumah kaca, menyebabkan peningkatan suhu ekstrem.
Salah satu contohnya adalah suhu ekstrem yang mencapai 50°C di beberapa wilayah Timur Tengah.
3. Suhu yang sangat rendah
Suhu yang tinggi tidak hanya menjadi perhatian, tetapi suhu yang sangat rendah juga menjadi perhatian.
Di Antartika, suhu terendah di dunia tercatat, mencapai -128,6°F (-89,2°C) pada tahun 1983.
Suhu ekstrem seperti ini mempunyai konsekuensi serius bagi satwa liar dan kegiatan penelitian di wilayah tersebut.