Pakan, Jadi Kendala Pengembangan Maggot

ISTIMEWA BERI PAKAN: Seorang peternak maggot di Sumedang saat memberi makan larva maggot di Dusun Pasarean, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara, baru-baru ini.
ISTIMEWA BERI PAKAN: Seorang peternak maggot di Sumedang saat memberi makan larva maggot di Dusun Pasarean, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara, baru-baru ini.
0 Komentar

sumedangekspres  – Larva maggot merupakan belatung untuk makanan ternak unggas dan ikan air tawar, yang kaya akan unsur enzim dan protein tinggi. Maggot sendiri mengkonsumsi limbah sampah organik berupa sayuran dan buah-buahan yang busuk.

Ketua Kelompok Tani Magot Pemberdayaan di Dusun Pasarean, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara, Iman Romansah menjelaskan, ternak maggot sebanyak 50 kg dapat mengurai 2 ton sampah dan limbah organik dalam satu atau dua hari.

“Kami membudidayakan maggot  karena kepekaan dalam menangani sampah, terutama sampah organik,” kata Iman kepada Sumeks, baru-baru ini.

Baca Juga:Puluhan Lansia Diberi Arahan KesehatanTak Musim Lagi, Layanan Bertele-tele

Menurutnya, keberadaan maggot dinilai menjadi cara yang efektif dalam menangani sampah organik di tingkat rumah tangga.

“Maggot juga menjadi pakan ternak alternatif dan bisa dijual ke peternak unggas, ikan dan lainnya,” katanya.

Namun demikian, kata Iman, dalam budidaya maggot muncul beberapa kendala yang sering dihadapi, yakni persoalan teknis merawat maggot serta sarana dan prasaran pendukung.

“Bagi yang sudah berjalan, biasanya justru kekurangan pakan maggot,” jelasnya.

Iman menjelaskan, maggot dalam jumlah besar, tentu otomatis butuh sampah organik yang banyak.

“Selain itu, kami juga perlu mixer untuk mengolah maggot dengan campuran pakan yang lain,” katanya. (bim)

 

0 Komentar