Mengapa Ada Larangan Memakai Batik di Dayeuhluhur Sumedang?

Larangan memakai batik di Dayeuhluhur Sumedang
Larangan memakai batik di Dayeuhluhur Sumedang(ist)
0 Komentar

sumedangekspres– Larangan memakai batik di Dayeuhluhur Sumedang

Konon hal ini terkait sumpah yang diucapkan Embah Jaya Perkasa saat menghilang tanpa bekas di Gunung tersebut usai menghadap sang Raja Prabu Geusan Ulun. Embah Jaya Perkasa atau Sanghiyang Hawu adalah salah satu Patih Kerajaan Sumedang Larang saat diperintah Raden Angka Wijaya atau lebih dikenal sebagai Prabu Geusan Ulun.

Sebelumnya Sanghiyang Hawu adalah Patih di Kerajaan Pakuan Padjajaran saat dipimpin Prabu Nilakendra. Namun saat itu di Pakuan Padjajaran sedang ditimpa kekacauan karena mendapat serangan dari Kerajaan Banten yang dipimpin Syeh Maulana Yusuf. Sehingga Prabu Nilakendra berangkat meninggalkan kerajaan. Hanya sebelum berangkat Prabu Nilakendra memanggil dulu empat patih kepercayaan kerajaan (Kandaga Lente) yaitu Sanghiyang Hawu (Embah Jaya Perkasa); Bantara Dipatiwijaya (Embah Nanganan); Sanghiyang Kondang Hapa; Batara Pancer Buana (Embah Terong Peot). Amanat Prabu Nilakendra memberikan mahkota kerajaan kepada Prabu Geusan Ulun Raja Sumedang Larang sebagai penerus Kerajaan Padjajaran.

Pada akhirnya ke empat Kandaga Lente tersebut datang ke Sumedang Larang untuk menyampaikan amanat Prabu Nilakendra, yaitu untuk berbakti kepada Kerajaan Sumedang Larang (Geusan Ulun) sebagai penerus Padjajaran. Dengan adanya penyerahan mahkota dan penyertaan berbakti dari Raja Padjajaran, maka seluruh wilayah kekuasaan Padjajaran dikuasai oleh Sumedang Larang. Sehingga Embah Jaya Perkasa dan ke tiga saudaranya diangkat sebagai patih di Sumedang Larang.

Baca Juga:Indonesia Harus Handal dalam Pertahanan: Prabowo Bicara yang Kuat Diperlukan Agar Negara Bisa Terus Berdaulat!Korea Utara Siap Berperang: Kim Jong Un Perintahkan Pasukan Militer!

Konon waktu itu di daerah Sumedang sudah banyak masyarakat yang menganut agama Islam. Karenanya sang raja karena masih merasa banyak kekurangan di bidang Agama Islam. Prabu Geusan Ulun pun berangkat ke Demak untuk belajar agama Islam. Keberangkatan Prabu Geusan Ulun diiringi ke empat patih yang setia tersebut. Usai berguru di Demak hingga akhirnya Prabu Geusan Ulun pulang, sebelum sampai ke Sumedang Larang dia mampir dulu ke Cirebon untuk bersilaturahmi dengan Pangeran Giri Laya (Raja Cirebon).

Pangeran Giri Laya menerima kedatangan Prabu Geusan Ulun dan dirinya masih satu keturunan dari Sunan Gunung Jati. Rakyat dan keluarga kerajaan di Cirebon semua merasa segan bahkan memuji kepada sang Prabu Geusan Ulun. Ini dikarenakan sikap Prabu yang ramah, masyarakat juga ditambah dengan ketampanan Sang Prabu yang tiada duanya.

0 Komentar