Jangan Ada Lagi Petugas Jadi Korban Pada Pemilu Serentak!

Jangan Ada Lagi Petugas Jadi Korban Pada Pemilu Serentak!
Jangan Ada Lagi Petugas Jadi Korban Pada Pemilu Serentak! (ist/Republika Online)
0 Komentar

sumedangekspres – Jangan Ada Lagi Petugas Jadi Korban Pada Pemilu Serentak!

Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) serentak pada tanggal 17 April 2019 merupakan suatu pengalaman yang sangat melelahkan.

Pada waktu itu, sebanyak 894 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dinyatakan meninggal dunia, dan 5.175 petugas lainnya mengalami sakit dalam menjalankan tugas mereka selama Pemilu 2019.

Eks Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Arief Budiman, menyampaikan hal ini dalam acara “Refleksi Hasil Penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019 dan Persiapan Penyelenggaraan Pemilihan Serentak 2020” di Kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat, pada 22 Januari 2020.

Baca Juga:Suami Bakar Istri Hidup-hidup, Gegara Chat Dengan Pria LainPaspampres Pembunuh Imam Masykur Takut Dihukum Mati, Buat Pembelaan Ini

Menurut Arief Budiman, beban kerja yang besar pada Pemilu 2019 menyebabkan banyak petugas KPPS mengalami sakit atau bahkan meninggal dunia.

Dilansir dari Kompas.com, pada saat yang sama, Winda Fitri, seorang petugas KPPS di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan menyatakan bahwa pengalaman sebagai petugas KPPS pada Pemilu 2019 sangat melelahkan.

Ia, yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diundang oleh ketua RT setempat untuk menjadi petugas KPPS, merasa bahwa Pemilu 2019 lebih melelahkan dibandingkan dengan Pemilu 2014, terutama karena jumlah surat suara yang lebih banyak.

Winda menceritakan bahwa pada hari pelaksanaan Pemilu serentak, yakni 17 April 2019, ia bekerja sejak pagi hingga pagi lagi.

Waktu kerja yang panjang ini membuatnya mengalami kelelahan fisik dan mental. Penghitungan suara yang berlangsung hingga pukul 23.00 WIB membuatnya semakin lelah.

Setelah selesai, ia bersama petugas KPPS lainnya harus mengantarkan kotak suara ke GOR Pasar Minggu, di mana mereka mengalami kesulitan dan harus mengantre untuk pemeriksaan dan penyerahan kotak suara.

Winda mengaku bahwa pengalaman tersebut membuatnya kapok. Bayaran yang diterimanya tidak sebanding dengan tingkat kelelahan yang dirasakannya.

Baca Juga:Cawapres Gibran Minta Maaf Salah Sebut Asam Sulfat untuk Ibu Hamil, Harusnya : Harusnya Asam Folat, Sorry!Sejumlah Titik Waspada Banjir dan Longsor di Sumedang

Ia menyatakan bahwa ia tidak ingin menjadi petugas KPPS pada Pemilu 2024 karena pengalaman melelahkan tersebut.

Namun, ia berharap agar pemerintah tidak mengadakan pemilu serentak pada tahun 2024 dan lebih memperhatikan kesejahteraan dan bayaran bagi petugas KPPS.

Dalam konteks ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyatakan kesiapannya untuk memfasilitasi pemeriksaan kesehatan komprehensif bagi calon anggota KPPS Pemilu 2024.

0 Komentar