Secara aktif hampir seluruh anggota badan melakukan gerakannya seperti sembah atau sedikit membungkukkan badan sembari menempelkan kedua telapak tangan, kemudian dilanjutkan olah bahu, tolak pinggang, sabetan, hingga oray-orayan atau berformasi mirip gerakan ular.
Untuk durasi tarian ini, biasanya penari akan menjalankan tugasnya selama setengah jam kurang lebih. Iramanya akan sangat bergantung terhadap alat musik karawitan dengan kendang dan gamelan khas Sunda.
Kostumnya pun khas. Dalam beberapa gelaran, akan dibagi dua kelompok yang saling berhadapan, membelakangi atau membentuk formasi. Kemudian kedua belah kelompok ada yang menggunakan kerudung ada yang tidak. Secara garis besar, kostumnya sama, yakni pakaian kebaya yang dibalut batik motif Sunda, lalu selendang berbawar warni, mahkota dan kacamata.
Baca Juga:Mengapa Cadas Pangeran Sumedang Selalu Longsor? Apa Penyebabnya? Keunikan Balong Geulis Sumedang: Destinasi Alam Diatas Ketinggian yang Instagramble Banget!
Makna Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh
Tari Umbul tak hanya berisi gerakan ragam anggota tubuh tanpa makna. Jika dibedah, tiap-tiap ayunan tangan, keluwesan tubuh sampai pergantian tempo memiliki arti sebagai bentuk silih asah, silih asih dan silih asuh.
Mengutip laman Universitas Padjajaran atau UNPAD, Silih Asah memiliki arti saling belajar, saling mencerdaskan, saling menambah ilmu untuk menambah wawasan serta pengalaman lahir batin.
Lalu Silih Asih adalah keinginan untuk saling menyayangi dan mendampingi dengan penuh cinta dan ketulusan. Terakhi Silih Asuh memiliki makna saling membimbing, membina, mengayomi dan menghormati.
Itulah informasi mengenai Sejarah lahirnya tari Umbul Sumedang.