sumedangekspres – Media asing soroti Prabowo, ada apa ya? Yuk simak!
Media asing kembali memusatkan perhatian pada dunia politik Indonesia, khususnya terfokus pada masa lalu calon presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto.
Dalam artikel beberapa hari lalu yang berjudul ‘The favourite in Indonesia’s presidential election has a sordid past,’ yang diterbitkan oleh The Economist pada 11 Januari lalu, terungkap perbandingan kontroversial mengenai latar belakang ketiga calon presiden, dengan penekanan khusus pada masa lalu yang dianggap “cukup buruk” milik Prabowo.
Dalam laporannya, media berbasis Inggris ini tidak menahan diri untuk membandingkan Prabowo dengan diktator Italia, Benito Mussolini.
Baca Juga:Gak Nyangka! Ternyata Ini Penyebab Kenapa Tanah Abang Sepi!Inilah Alasan Kenapa Inggris Menjajah Banyak Negara
Mereka menyoroti keterlibatan Prabowo dengan rezim Suharto yang telah dicap sebagai tidak terhormat, termasuk pernikahannya dengan putri diktator tersebut.
“Prabowo adalah seorang perwira dan kemudian menjadi komandan Kopassus, pasukan khusus yang ditakuti oleh tentara. Ia kemudian dikaitkan dengan pelanggaran yang dilakukan di Timor Timur,” demikian kutipan laporan The Economist.
Laporan tersebut juga mengulas perannya dalam menekan protes yang menggulingkan Suharto pada tahun 1998.
Prabowo dianggap mengorganisir penculikan 23 aktivis demokrasi, yang 13 di antaranya masih hilang hingga kini.
Meskipun dewan militer menyatakan Prabowo bersalah atas penculikan tersebut, larangan masuk Amerika pun dicabut oleh Presiden Donald Trump pada tahun 2020.
Kendati mengalami perubahan citra dengan mengganti gaya diktatornya menjadi pakaian bisnis dan kampanye media sosial yang cerdik, Prabowo masih harus menghadapi bayang-bayang masa lalunya.
Meski demikian, pemilih muda Indonesia terkadang kurang terpapar informasi mengenai latar belakang kelamnya karena minimnya pemberitaan di media lokal.
Baca Juga:Bongkar Alasan Singapura Jadi Negara yang Paling Pintar MatematikaCak Imin Kritik Food Estate Terus, Seburuk Itu Kah?
Pertarungan politik yang semakin memanas ini akan mencapai puncaknya pada 14 Februari, di mana Prabowo bisa menjadi presiden jika memenangkan lebih dari separuh suara.
Jika tidak, pemilihan putaran kedua akan dilakukan pada Juni antara dua kandidat utama.
Sorotan media asing menjadi cermin bagi pemilih Indonesia untuk merenung tentang masa lalu kontroversial calon presiden mereka.
Demikian artikel tentang media asing soroti Prabowo.