Kisah Sejarah Mahkota Binokasih Sanghyang, Ternyata Ini Sejarah Mahkota Binokasih Sumedang

Kisah Sejarah Mahkota Binokasih Sanghyang, Ternyata Ini Sejarah Mahkota Binokasih Sumedang
Kisah Sejarah Mahkota Binokasih Sanghyang, Ternyata Ini Sejarah Mahkota Binokasih Sumedang(fotoby:Sumedangkab.go.id)
0 Komentar

sumedangekspres – Kisah Sejarah Mahkota Binokasih Sanghyang, Ternyata Ini Sejarah Mahkota Binokasih Sumedang, Pada masa pemerintah Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri Raja Sumedang Larang ke 9 Pengaruh kekuatan Pajajaran sudah melemah beberapa darah termasuk Sumedang.

Dengan melemahnya Pajajaran akiba serangan Banten. Beberapa daerah dulunya kekuasaan Pajajaran sudah direbut oleh pasukan Surasowan Banten.

Kerajaan-kerajaan bawahan Pajajaran sudah tidak terawasi dan secara de facto menjadi merdeka.

Baca Juga:Kisah Sejarah Benteng Darmaga Darangdan Sumedang, Pada Jaman Kolonial Belanda3 Versi Kisah Sasakala Gunung Geulis Jatinangor Pada Jaman Dahulu

Setelah melihat keadaan Pajajaran yang sudah tak menentu Prabu Ragamulya Suryakancana memerintahkan empat Senapati Pajajaran untuk menyelamatkan Pusaka Pajajaran sebagai lambing eksistensi kekuasaan Pajajaran di Tatar Sunda ke Sumedang.

Berangkatlah empat Senapati Pajjaran yang menyamar sebagai Kandaga Lante Bersama rakyat Pajajaran yang mengungsi.

Di tengah perjalanan rombongan dibagi dua, rombongan pertama meneruskan perjalanan ke Sumedang dan rombongan lainnya menuju kea rah pantai selatan kata Latif Kabid Cagar Budaya Majelis Cendekiawan Keraton Nusantara (MCKN) Jabar.

Latif yang juga merupakan seorang kerabat dari Keraton Sumedang menerangkan bahwa pada tahun 1578 tepatnya pada hari jumat legi tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedang Larang.

Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri menerima empat Kandaga Lante. Mereka dipimpin oleh Sanghyang Hawu atau Jaya Perkosa.

Mereka merupakan Batara Dipati Wiradidjaya (Nangganan) Sangyang Kondanghapa dan Batara Pancar Buana terong Peot yang membawa pusaka Sumedanglarang.

Pasa masa itu pula Pangeran Angkawijaya dinobatkan sebagai raja Sumedanglarang dengan gelar Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601), sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda dan mewarisi daerah bekas wilayah Pajajaran Sebagaimana dikemukakan dalam Pustaka Kertabhumi I/2 (h. 69) yang berbunyi “Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Pajajaran kangwus pralaya, ya ta sirnz, ing bhumi Parahyangan, Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala” (Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu sirna, di bumi Parahiyangan. 

Baca Juga:Peningkatan Angka Hipertensi Pada Anak Semakin Melonjak Naik, Penengananya Seperti IniUtamakan Keselamatan Warga Akan Bahaya Listrik, PLN Padamkan Sementara Aliran Listrik Di Lokasi Banjir

Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang). 

Selanjutnya diberitakan “Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun” (Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun).

0 Komentar