sumedangekspres – Cerita Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat, Percuma Cantik atau Ganteng Kalau Durhaka Ke Orang Tua, Cerita sejarah batu menangis berasal dari daerah Kalimantan Barat , yang menyuguhkan pesan bermoral bahwa kecantikan tidak aka nada artinya jika si pemilik muka yang bersifat tidak baik.
Seperti yang ada dalam cerita sejarah batu menangis. Berawal dari rasa kecewa yang amat mendalam seorang ibu terciptalah batu yang berlokasi di Kalimantan Barat.
Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat
Sejarah Batu Menangis dapat kalian kunjungi tempatnya di Provinsi Seribu Sungai atau Kalimantan Barat.
Baca Juga:5 Rekomendasi Pantai Terindah di Indonesia, Ajak Doi Kesini Dijamin LanggengLegenda Sejarah Roro Jonggrang, Contoh Kecurangan-Kecurangan Wanita
Lebih tepatnya di wilayah Kecamatan Ella Hilir.Letak geografis Kalimantan Barat yang dilintasi ratusan sungai besar dan kecil yang membawanya ke julukan yang tadi.
Sejarah Batu menangis ini menceritakan seseorang yang bernama Darmi anak perempuan cantik tapi durhaka.
Darmi memiliki sifat yang angkuh, songong dan berkepala batu alias keras kepala.
Untuk menjaga kecantikannya Darmi ini diisi dengan mandi, menyisir, berdiam diri di rumah.
Namun berbeda dengan sang Ibu seorang janda yang setiap hari banting tulang di kebun untuk menghidupi ia sendiri dan seorang anaknya yang durhaka itu.
Tidak pernah sekali sang ibu memikirkan kulitnya menjadi gelap karena keterusan di bawah terik sinar matahari, atau bau keringat.
Awal kisah diatas suatu bukit, jauh dari pemungkiman penduduk di Kalimantan Barat, Hiduplah seorang ibu dengan anak perempuanya.
Suaminya yang telah lama meninggal tidak memberi warisan sepeserpun.
Baca Juga:Asal-Usul Sejarah Danau Maninjau, Ternyata Berawal Dari Kisah CintaSejarah Candi Borobudur, Ternyata Beliau Ini Pendiri Candi Borobudur, Selama Ini Baru Sekarang Ketemu
Kehidupan menjada di umur yang cukup tua ini tidak meninggalkan seorang ibu dengan berbagai pilihan.
Ia tidak memiliki niat untuk menikah lagi, jadi sang ibu harus berusaha sendiri untuk menghidupi anak perempuanya yang bernama Darmi.
Di setiap harinya sang ibu bekerja keras dalam mengurus perkebunan sayur sejak pagi-pagi buta biasanya menanam bibit, menyiram, memberi pupuk, menyiangi semak, memanen dan menjual hasil panen ke pasar.
Belum lagi mengurus anak yang masih kecil, mencari kayu bakar buat memasak.
Alhasil kuli sang ibu yang awalnya cerah putih menjadi gelap karena keseringan terpapar sinar matahir.