Cerita Sejarah Malin Kundang, Percuma Jadi Sultan Kalau Durhaka Kepada Ibu

Cerita Sejarah Malin Kundang, Percuma Jadi Sultan Kalau Durhaka Kepada Ibu
Cerita Sejarah Malin Kundang, Percuma Jadi Sultan Kalau Durhaka Kepada Ibu (fotoby:budimasrianto)
0 Komentar

Setiap kali ada kapal besar yang bersandar di desa Ibu Mande selalu bertanya kepada awak kapal dan nakhoda tentang sang anak.

Namun tidaka da yang pernah membawa kabar titipan dari Malin.

Meliha kapal besar berlabuh di tepi pantai warga desa termasuk Ibu Mande berkumpul di tepi pantai.

Mereka kira itu seorang sultan atau pangeran.

Dari kejauhan kelihatan ada sepasang pemuda dan pemudi berdiri di anjungan mengenakan pakaian yang mewah.

Ibu Mande melihat dan menyadari bahwa di itu Malin.

Baca Juga:Cerita Sejarah Batu Menangis di Kalimantan Barat, Percuma Cantik atau Ganteng Kalau Durhaka Ke Orang Tua5 Rekomendasi Pantai Terindah di Indonesia, Ajak Doi Kesini Dijamin Langgeng

Segera setelah kapal berlabuh kedua pemuda turun dari kapal, dan Ibu Mande mendekati anaknya.

Dari dekat Ibu Mande melihat bekas luka di lengan sang pemuda menjadi semakin yakin bahwa pemuda itu adalah Malin.

Ia kemudian memelukya dan sambal menanyakan kabarnya.

Istrinya Malin yang berada di dekatnya kaget ada seorang wanita tua dengan pakaian lusuh memeluk suaminya sambal mengaku sebagai ibunya.

Maklum selama ini Malin mengaku kedua orang tuanya itu bangsawan dan telah meninggal.

Istri Malin bertanya kepada malin mengenai wanita itu.

Karena malu dengan istrinya Malin itu mendorong Ibu Mande dengan melemparkan perkataan yang sangat kasar, padahal Malin tahu bahwa wanita itu adalah Ibu Mande.

Malin tidak mengakuinya sebagai ibu dengan mengatakan seperti itu, lalu Malin memerintahkan istri dan anak buahnya untuk Kembali berlayar.

Ibu Mande yang sudah tua dan sering terkapar di hamparan pasir menangis, sakit hati dan pingsan.

Baca Juga:Legenda Sejarah Roro Jonggrang, Contoh Kecurangan-Kecurangan WanitaAsal-Usul Sejarah Danau Maninjau, Ternyata Berawal Dari Kisah Cinta

Kemudian akhirnya sadar Ibu Mande tinggal senidiri di pantai yang tadinya warga des arame sekarang telah meninggalkan tepi pantai.

Ibu Mande juga melihat bahwa kapal Malin dan istrinya telah berlayar jauh dari tepi pantai.

Sambil menangis Ibu Mande ini berlutut mengangkat kedua tanganya berdoa kepada Tuhan.

Ibu Mande berdoa jika pemuda tadi bukan Malin Kundang Ibu Mande memafkan perbuatanya.

Namun kalau pemuda itu benar Malin Kundang maka Ibu Mande mengutuknya jadi sebuah batu.

Setelah Ibu Mande berdoa, yang tadinya cerah langit dengan sekejap jadi gelap.

0 Komentar