Hal Ini Tidak Boleh Kamu Lakukan di Malam Satu Suro Menurut Islam

Hal Ini Tidak Boleh Kamu Lakukan di Malam Satu Suro Menurut Islam
Hal Ini Tidak Boleh Kamu Lakukan di Malam Satu Suro Menurut Islam - (ilustrasi)
0 Komentar

sumedangekspres – Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro bukan sekadar malam pertama dalam kalender baru.

Malam 1 Suro adalah malam yang berlapis makna, dihiasi aura spiritual dan nuansa budaya yang kental.

Pada tahun 2025, malam 1 Suro jatuh pada Kamis malam, 26 Juni, bertepatan dengan datangnya 1 Muharram 1447 Hijriah.

Baca Juga:Longsor di Cisewu Garut Akibatkan Satu Keluarga Tewas Tertimbun TanahPLN UP3 Sumedang : Padam Listrik Di Satu Rumah Saja ? Lakukan Hal – Hal Berikut

Meski berasal dari penanggalan berbeda, kalender Jawa dan Hijriah pernah dijahit menjadi satu oleh Sultan Agung dari Mataram, yang menggabungkan unsur Hindu (kalender Saka) dan Islam demi menyatukan rakyatnya dalam satu perhitungan waktu.

Dalam tradisi Islam, bulan Muharram dikenal sebagai salah satu dari empat bulan suci. Allah SWT telah menetapkan bulan ini sebagai waktu yang dimuliakan, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an (QS At-Taubah: 36).

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan suci. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah [9] : 36)

Di bulan ini, umat dianjurkan memperbanyak amal baik, menghindari maksiat, dan menjaga diri dari kezaliman.

Namun, dalam budaya Jawa, Suro lebih dari sekadar waktu suci, malam1 Suro dipercaya sebagai bulan yang rawan, sakral, bahkan “berenergi halus.”

Maka, muncullah serangkaian larangan di malam 1 Suro. Masyarakat dianjurkan tidak menggelar hajatan seperti pernikahan, tidak melakukan perjalanan jauh, serta menghindari pertengkaran atau percakapan kasar.

Malam ini lebih cocok digunakan untuk menyepi, meditasi, berdiam diri menyusuri lorong-lorong batin. Bahkan, keluar rumah pun dianggap membawa risiko spiritual.

Baca Juga:Larang Alih Fungsi Sawah LP2B, Menteri ATR/Kepala BPN Tegaskan kepada Kepala Daerah Saat Orientasi IPDNMenteri Nusron Bicara Soal Pertanahan dan Tata Ruang di Orientasi Kepemimpinan Kepala Daerah Gelombang II

Meski larangan-larangan ini tak berakar langsung dari ajaran Islam, namun ia tumbuh dari kesadaran budaya, spiritualitas lokal, dan penghormatan terhadap waktu yang dianggap suci.

Islam mengajarkan keseimbangan dan moderasi, sementara budaya Jawa memaknainya dengan ketenangan dan keheningan.

Malam 1 Suro pun menjadi momentum reflektif: menyambut tahun baru dengan hati jernih, jiwa bersih, dan laku yang penuh makna.

0 Komentar