Dari Pengantar Barang Jadi Tahanan: Pelajaran dari Kasus Curi Besi Tol Cisumdawu

Penulis: YogaalkambahEditor: YogaalkambahSenin, 3 Nov 2025 - 21:05

Dalam konteks pekerjaan, kendaraan yang diberikan bukan hanya alat angkut, melainkan simbol tanggung jawab yang melekat pada setiap pekerja.

Keputusan impulsif mereka berhenti di jalan tol, membongkar besi pembatas, dan menjual hasil curian menggambarkan bagaimana keinginan sesaat bisa menutup akal sehat.

Dalam sekejap, profesi yang seharusnya mencerminkan kerja keras berubah menjadi catatan kriminal.

Dari sisi moral, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa godaan kecil bisa berujung fatal ketika menyangkut kepercayaan dan tanggung jawab.

Sebuah tindakan yang mungkin dianggap remeh mencuri besi pembatas jalan ternyata membuka rantai masalah panjang: hilangnya pekerjaan, rusaknya nama baik, dan ancaman hukuman penjara.

Lebih jauh, kejadian ini juga mencerminkan betapa mudahnya fasilitas publik menjadi sasaran penyalahgunaan ketika pengawasan longgar.

Jalan tol, yang mestinya menjadi simbol pembangunan dan disiplin, justru menunjukkan celah keamanan yang dimanfaatkan oleh orang dalam posisi terpercaya.

Namun di balik tindakan mereka, terselip ironi yang sulit diabaikan.

Dua orang yang semestinya menjalankan pekerjaan mulia sebagai pengantar bahan bangunan bagian dari rantai pembangunan infrastruktur justru menghancurkan salah satu bagian infrastruktur itu sendiri.

Mereka tak hanya merusak pagar jalan tol, tetapi juga merusak pagar moral yang seharusnya menjaga batas antara kerja dan kejahatan.

Kini, kisah dua kakak beradik itu menjadi pelajaran keras bagi siapa pun yang diberi amanah dalam pekerjaan.

Kepercayaan bukan sesuatu yang bisa dimainkan. Sekali disalahgunakan, ia tak hanya hilang tapi bisa mengantarkan seseorang dari ruang kemudi truk menuju balik jeruji besi.***