Aliansi Animal Rescue, Jangan Diganggu
SUMEDANGEKSPRES.COM, Kota – Keberadaan monyet liar, lutung dan surili di tempat wisata di wilayah Cisoka dan Citengah Sumedang Selatan disoroti Aliansi Animal Rescue Sumedang.
Monyet, Surili dan lutung mendatangi tempat wisata merupakan imbas dari Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga wilayah wisata ditutup.
“Jangan sampai monyet itu terganggu oleh pengunjung bahkan sampai direlokasi. Apalagi disana ada lutung dan surili, hewan yang jelas dilindungi,” jelas perwakilan Aliansi Animal Rescue Sumedang Rival kepada Sumeks, Senin (20/9).
Baca Juga:Vaksinasi Desa Girimukti Capai 55 PersenGebyar Vaksin Presisi Libatkan Bhayangkari Sebagai Vaksinator
Rival mengaku pihaknya merasa geram mendengar kabar puluhan monyet direlokasi di Golempang Darmaraja satu minggu kebelakang. Karena, kawasan tersebut akan dikembangkan menjadi kawasan agrowisata.
“Melihat monyet kemarin di Golempang saja yang direlokasi keluar kota karena dinilai meresahkan warga kami merasa geram dan sangat menyayangkan. Harusnya direlokasinya berada di Sumedang lagi,” sambungnya.
Dikatakan, monyet, lutung serta surili di Citengah juga jangan sampai direlokasi serta terganggu. Karena, jelas tempat tersebut habitatnya yang harus dijaga.
“Apabila monyet menganggu dan merusak fasilitas tempat wisata itu resiko. Paling mereka mencari makanan sisa pengunjung karena sifat monyet rakus,” jelasnya.
Keberadaan hewan dilindungi, lutung dan surili dibenarkan Ucil Hurby. Namun, dua hewan tersebut sudah diambil fotonya.
“Populasi lutung dan surili sangat sedikit dibanding monyet. Apalagi surili yang sangat sedikit populasinya,” jelasnya.
Senada, pengelola Samalengohcamp, Dedeng Darmawan mengatakan monyet sering nampak dan sudah langganan pengunjung untuk memotret.
Baca Juga:Sampah Jatigede, Jadi Penghasilan Bagi Sebagian WargaKemarau, Dua Hektar Lahan Terbakar
“Sering sekali nampak monyet di lokasi wisata kami. Hal itu sebuah kebanggaan bagi pengunjung karena bisa memotretnya,” jelasnya.
Monyet itu wajar nampak di Samalengoh, sebab sebelum ada Samalengoh mungkin ini tempatnya dan harus dimaklum mereka pribumi bukit Samalengoh.
“Walau sering mengacak tempat sampah, itu sebuah resiko kami untuk membereskan kembali. Namun kami tidak sekali-kali menganggu mereka bahkan dilestarikan,” tandasnya. (Mg2)